Sudah 30 tahun, dengan pergantian lima kepala negara, Slank menyuguhkan lagu-lagu bernapas kritik sosial. Tapi, itu tidak berarti Slank menjadi musuh pemerintah. "Kami enggak anggap musuh. Kami melewati lima kepala negara, berarti kami punya kerjaan untuk mengontrol," kata Kaka dalam konser peluncuran album Slank Nggak Ada Matinya di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (31/10/2013).
Kritik sosial disampaikan oleh Slank melalui 11 lagu dalam album Slank Nggak Ada Matinya. Lagu-lagu itu berjudul "Slank Nggak Ada Matinya"; "Woles"; "King Bimbim"; "Ngindonesia"; "Yo Man"; "Jangan ke Jakarta"; "He Yo Les Go"; "Verboden"; "System?"; "Jl. Potlot"; dan "Terakhir".
Single pertamanya, "Slank Nggak Ada Matinya", contohnya, "Ada liriknya, 'Keturunannya Orde Baru enggak beda jauh, gini hari masih ada'. Aku lebih ke ngenyek (hal) itu. Meski pun enggak ada lagi dinastinya, tapi masih aja ada yang seperti itu," papar Kaka.
Untuk album ke-20 itu, Slank kembali memasukkan musik blues. "Kalau didengar satu album, itu pasti ada diselipin lagu blues. Di album ini ada 'Woles', sama 'Verboden'," ujar Abdee.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.