Ia memang sedang tidak bisa bersuara keras karena sudah berada di ruang ganti auditorium Gallery Indonesia Kaya (GIK), di pusat perbelanjaan Grand Indonesia, Jakarta.
Happy bersama sutradara Wawan Shofwan harus melakukan beberapa perubahan, terutama mengingat ruang GIK yang berbeda. Panggung kecil yang menampung 200 penonton, itu lebih datar dibandingkan ruang-ruang pentas lain. "Jadi, semua harus disesuaikan, termasuk durasi, tidak boleh lebih dari 1,5 jam...," kata Happy dengan suara halus.
Jika dihitung sejak pertama kali dipentaskan tahun 2011, monolog yang naskahnya ditulis penyair Ahda Imran ini sudah dimainkan lebih dari empat kali. "Awalnya sih cuma buat keliling kampus aja...," tutur Happy.
Seluruh pentas itu, tambah Happy, pada akhirnya banyak memberi pengayaan sikap dalam bergaul.
"Aku kagum pada keikhlasan Inggit menerima perubahan dalam hidupnya. Semua dari kita juga mesti siap, jika suatu kali terjadi perubahan dalam hidup kita. Naik, turun, itu biasa saja...," ujar perempuan kelahiran Sukabumi, 4 Januari 1980 ini.
Jika penasaran pada keikhlasan Inggit, Happy, coba datang ke GIK. Pentasnya masih berlangsung sampai Minggu (3/11/2013). (CAN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.