Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rock "Juwita Malam"

Kompas.com - 01/06/2014, 18:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Memberi gambaran bahwa Ismail Marzuki memang penggubah lagu yang melintas zaman, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta menggelar konser akbar di Teater Jakarta, Sabtu (24/5/2014) silam. Ismail, warga kelahiran Betawi, bulan Mei ini diperingati 100 tahun kelahirannya dan 56 tahun wafatnya,

Khazanah karya Ismail yang terentang dari irama keroncong, Melayu, hingga seriosa, malam itu ditampilkan sebagian dalam irama aslinya, sebagian dalam semangat modern. Itu sebabnya, ditampilkan band Slank yang menghadirkan pecintanya yang penuh antusiasme.

Dengan penuh energi Slank menghadirkan tiga standar Ismail, yakni "Juwita Malam", "Payung Fantasi", dan "Oh Ayah Saya Ingin Kawin". Seperti dikisahkan dirigen Jassin Burhan, karya ini ia dapat dari putri Ismail, Rahmi Aziah, berupa partitur tanpa teks beberapa tahun silam.

Selain Slank, dalam deretan pengisi acara tersebut ada Ecky Lamoh, Diah Iskandar, Sundari Soekotjo, Ubiet, Ikke Nurjanah, Ivan Nestorman, Michael Jakarimilena, Mariam Tamari, dan masih ditambah dengan penari flamenco Karen Vanessa Rubio dan violis Nicolas Dautricourt, serta perkusionis I Jesse Varela.

Itulah parade artis yang ditampilkan untuk mengetengahkan versatilitas Ismail dalam bermusik. Menghadirkan Slank tentu untuk merebut perhatian generasi muda agar bisa terus menafsirkan karya-karya komponis yang selama 27 tahun berkarya dalam musik telah menghasilkan tidak kurang dari 200 lagu ini. Meski melahirkan nuansa berbeda, "Juwita Malam" dan "Payung Fantasi" dalam irama rock pun tetap dua lagu yang menjadi ciri khas Ismail. Sementara orang tak punya referensi tentang "Oh Ayah Saya Ingin Kawin" yang baru malam itu diperdengarkan ke tengah publik.

Seriosa dan Melayu
Pada sisi lain, Mariam Tamari yang mendapat kesempatan menghadirkan Ismail secara seriosa atau bahkan operatik terkendala oleh teknis. Mikrofon mati-hidup, sementara tanpa alat itu vokalnya tak cukup memadai untuk menghadirkan karisma "Gugur Bunga" dan "Rayuan Pulau Kelapa".

Mau tak mau, kenangan yang mengesan di hati terutama dihadirkan oleh Ikke Nurjanah yang membawakan dua lagu Ismail, yakni "Di Ambang Sore" yang bercengkok Melayu dan "Kampung Halaman" yang juga ia buat dengan ala Melayu meski aslinya mengandung irama tango-beguine.

Sementara "Tukang Becak Bang Samiun" yang ditembangkan oleh Sundari Soekotjo selain tetap manis dalam irama keroncong modern, lirik lagu itu sendiri memberi pesan kuat tentang pentingnya persatuan antaranak bangsa meski sekali-sekali dalam kehidupan ada gesekan.

Konser Sabtu malam itu merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan mengenang pahlawan nasional Ismail Mz yang di dalamnya antara lain terdapat pergelaran opereta dan lomba paduan suara. (NIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com