"Hampir 100 persen saya shooting, di belakang saya itu layar hijau. Saya akting membayangkan peperangan, lalu di antara saya ada tank, tapi aslinya di belakang saya hanya layar hijau. Jadi, dobel imajinasi," kisah Slamet usai acara press screening film Garuda Superhero di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (6/1/2015) malam.
Kendati sudah makan asam garam dalam dunia akting, Slamet mengaku tetap butuh waktu adaptasi untuk beradegan di depan layar hijau.
"Dengan adanya tantangan itu lebih berat, perlu dua tiga hari saya beradaptasi, 'Oh ini dikasih tanda pakai kapur, saya enggak boleh lewati batas itu'. Karena kalau lewati batas itu, nanti saya bisa (terlihat dalam film) kecebur di got, misalnya," tutur Slamet.
Dengan pengalaman barunya tersebut, Slamet merasa bangga bisa mendukung film CGI pertama karya anak bangsa yang diproduksi oleh Putaar Production dan disutradarai oleh x.Jo itu.
"Ini saya dukung. Yang paling saya banggakan, saya masih bisa dukung anak muda. Pesannya sederhana, Indonesia bergerak, anak mudanya mencipta, fantasi itu perlu, kita start dari dream," ungkapnya.
Slamet percaya suatu ketika nanti Indonesia akan memproduksi banyak film futuristis setelah Garuda Superhero muncul di layar lebar.
"Ini kan lokomotif, nanti akan ada gerbong-gerbongnya. Apa yang kita berikan kepada rakyat itu ruang impian, harus punya cita-cita, harus punya Garuda seperti itu, dan imajinasi itu adalah survive," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.