Kursi tersebut dikatakan Andien terbuat dari potongan kayu yang sudah tak digunakan lagi. Ia juga sengaja meminta agar kursi kayu itu tak dihaluskan dan dibiarkan dengan bentuk aslinya untuk meninggalkan kesan alami.
"Itu kursi dibuat dari batang kayu bekas dan jadilah. Aku minta enggak di-furnish," ucapnya.
Begitu juga dengan peralatan makan saat akad nikah. Dari piring, sendok, garpu seluruhnya berbahan kayu. Pun piring tempat kue-kue yang diantarkan kepada para tamu berbentuk talenan kayu.
"Gelasnya juga pakai tabung reaksi kimia," terang Andien.
Hiasan bunga di jas mempelai pria dan pendampingnya juga terbuat dari ranting kayu, daun, dan lavender yang diikat tali. Sama seperti buket bunga Andien yang hanya terdiri dari dedaunan, ranting, dan satu-satunya bunga yang ada, Ranunculus.
Bukan hanya dekorasi, suasana ijab kabul juga diceritakan Andien, sangat berbeda. Karena dilaksanakan di tengah-tengah hutan pinus, suara burung dan jangkrik menjadi latar musik alami.
"Akad nikah lancar, enggak ada suara musik, cuma suara burung-burung kecil, jangkrik yang ikut mengamini saat mas Ippe bilang 'saya terima nikahnya'. Kemudian ada resepsi kecil dari temen-teman kasih testimoni," tuturnya.