Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebi Romeo Jujur dengan Perasaan di Pasar Musik

Kompas.com - 11/08/2015, 15:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Pria bernama asli Virdy Megananda ini lebih dikenal sebagai Bebi Romeo karena kepiawaiannya mencipta lagu hit. Bagi Bebi, mencipta lagu adalah menuangkan perasaan. Dia berusaha jujur dengan perasaannya ketika menulis lagu.

Faktor inilah yang mungkin membuat banyak karyanya disukai dan fenomenal. Lagu "Bunga Terakhir" yang ditulisnya ketika sang kekasih, Meisya Siregar, bersama orang lain adalah salah satunya. Juga beberapa lagu lain seperti "Mencintaimu" yang dibawakan Krisdayanti dan "Selamat Jalan Kekasih" yang dinyanyikan Rita Effendi.

Ketika masih duduk di kelas II SMP, Bebi mulai bermain musik, dan di kelas III SMP dia senang menulis lagu. Masa studinya terhenti di tengah jalan karena bosan ketika kelas III SMA. Dia menganggap, masuk kelas sejak pagi hingga menjelang sore hanya membuang waktu karena jauh dari realitas hidup. Dia merasa kehidupan di jalan lebih banyak mengajarkan banyak hal.

Pelajaran di jalan itulah yang membuatnya mampu bertahan dan melihat peluang serta berani mengambil keputusan tak populer seperti keluar dari perusahaan rekaman yang menaunginya tahun 2007. Dia tak ingin label melibasnya.

Dia pun beralih bekerja sama dengan restoran cepat saji ketika orang lain belum melirik peluang ini. Ketika artis lain berbondong-bondong bergabung, dia kembali memilih keluar karena ingin memegang bisnis sendiri.

Kini, ayah dua anak perempuan ini juga dikenal sebagai Papa Bebi karena posisinya sebagai salah satu juri X-Factor Indonesia. Papa Bebi yang dikenal akrab dengan semua anak asuhnya. ”Tugas saya adalah meningkatkan kualitas penyanyi ke level yang lebih baik,” katanya.

Apa motivasi Anda meluncurkan album kompilasi Signature Bebi Romeo? Apakah yakin menjadi hit seperti sebelumnya?
(Endang Fatmawati, Universitas Diponegoro, Semarang)

Album ini berisi beberapa lagu baru dan beberapa lagu yang tidak punya kesempatan dengan perusahaan rekaman. Seperti lagu "Wanita" yang kaya nilai dan banyak musisi lain menyarankan sebagai lagu bagus dengan harmoni modern. Saya berduet dengan Sandhy Sondoro. Ternyata banyak yang meminta lagu ini diputarkan, terutama di daerah.

Lagu hit atau bukan, saya berharap lagu-lagu saya bisa diterima dan penggemar bisa lebih mengenal saya bukan hanya dari lagu-lagu terkenal sebelumnya. Saya juga ingin menekankan saya tetap bisa berkarya di era anak-anak usia 20 tahunan sekarang. Saya ingin eksis sehingga tidak bisa berhenti berkarya.

Saya yakin menjadi hit karena semua lagu dibawakan penyanyi bagus dan eksklusif, terbukti dari tingginya permintaan di radio-radio daerah.

Siapakah yang menginspirasi Anda dalam menciptakan lagu-lagu dalam album kompilasi Signature Bebi Romeo? Adakah keinginan untuk berpolitik kelak seperti yang dijalani sahabat Anda, Anang Hermansyah?
(Ahmad Faisol Mansur, Singaraja, Bali)

Secara tema, album saya tidak berubah, tetap tentang cinta. Inspiratornya tetap istri saya, Meisya, yang memberikan cinta, semangat, selalu mendukung dan memberi ruang bagi sensitivitas seni di hati karena saya membuat lagu di hati, bukan di otak. Dia juga yang selalu mengingatkan saya untuk tidak terlena dengan semua kesibukan seperti bisnis, menjadi juri, dan lainnya.

Politik? Jelas tidak. Saya suka dengan hal-hal yang ada target, tetapi di sini politik tidak punya target dan selalu membahas yang itu-itu saja. Sangat tidak menarik. Saya berusaha konsisten dengan musik dan kini berbisnis musik.

Karya Anda begitu hit. Banyak lirik dari karya Anda yang begitu dalam maknanya. Apakah terpikir lirik-lirik tersebut dibukukan sebagai karya puisi?
(Lannie Fuji Aulina, Cikampek)

Pertanyaan bagus. Hal ini juga yang terpikir oleh istri saya sejak beberapa tahun lalu. Kendalanya, saya tak bisa membisniskan karya ini. Sulit bagi saya membukukan semua perasaan. Ketika menulis lirik, saya menuangkan perasaan. Jadi, kalau diminta membukukan lirik lagu-lagu saya, saya harus kembali ke masa ketika saya menulis lirik itu, mengingat kembali seperti apa perasaan saya ketika itu. Mungkin ini akan menjadi target jangka panjang, membukukan peristiwa yang istimewa.

Apa kesulitan melatih penyanyi amatir dengan latar belakang nonmusik ketimbang penyanyi yang sudah jadi seperti yang Anda latih di Kategori Boys X-Factor Indonesia?
(Daniel Hermawan, FISIP Universitas Katolik Parahyangan, Bandung)

Saya suka penyanyi yang punya karakter. Kadang penyanyi dengan kemampuan musikalitas bagus bersikap sok tahu dan tidak mudah menerima masukan. Jadi, baik amatir maupun sudah jadi, yang lebih baik adalah yang berkarakter.

Dulu sering ada orangtua datang kepada saya menawarkan sejumlah uang, ada yang sampai Rp 3 miliar, agar saya mau menjadikan anaknya penyanyi top. Tegas, langsung saya tolak.

Kini, saya mau menerima permintaan seperti itu walau jumlahnya lebih kecil karena saya sadar cara orang mencapai tujuan berbeda-beda. Ada yang dengan bakat, ada yang dengan koneksi, ada yang dengan uang, dan seterusnya. Lagi pula ada tim saya yang bisa turun tangan.

Saya kompromi karena yang datang pun beragam. Ada yang sudah menjadi model atau artis top, tetapi ingin juga menjadi penyanyi top. Saya tidak membuatkan satu album, tetapi hanya satu singel. Tim saya ikut memoles si calon penyanyi ini. Nah, perkara ngetop, bukan urusan saya.

Bagaimana perasaan Anda ketika Ryeowook Super Junior dengan fasih menyanyikan lagu "Bunga Terakhir" saat konser di Jakarta? Apakah Anda menyukai penampilannya?
(Mully Herdina Utami,Palembang)

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau