Menurut Co-Directur of LAIFF Indonesia, Roland Wiryawan, pihaknya bukan melombakan film-film tersebut, melainkan menayangkan pemutaran film Indonesia di Los Angeles agar dikenal luas di industri film internasional.
"Kami men-show-kan. Bukan melombakan. Film-film di sana merupakan pemenang. Milih film itu enggak gampang," ujar Roland dalam jumpa pers di @America, Pasific Place, Jakarta Pusat, Kamis (5/11/2015).
Untuk film panjang, ada film Guru Bangsa: Tjokroaminato yang diputar pada hari pertama, kemudian disusul oleh Jalanan; 3; Tabula Rasa; Dibalik 98; Selamat Pagi, Malam; dan Cahaya Dari Timur: Beta Maluku sebagai film penutup.
Sutradara Anggy Umbara mengaku bahagia mendengar kabar bahwa film garapannya bisa ditayangkan di Los Angeles. Anggy pun tak menyangka filmnya akan mendapatkan apresiasi seperti itu.
"Saya enggak senang sih. Tapi, saya bahagia. Beda ya itu, kalau senang kayak om-om nanti," kata Anggy lalu tertawa.
"Intinya, besyukur sekali ada yang nonton setelah fase (di Indonesia)," sambungnya.
Sementara itu, ada 15 film pendek yang turut diputar antara lain Sowan; Wong Tjilik; Angkringan; Pingitan; Menunggu Kabar; The Last Call; 05:55; Sleep Tight; Friend; Untuk Semua; Udin Telekomsel; Suan Ming; Sandekala; Main Yuk!; dan Iwazaki and The Brown Box Testament.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.