"Waktu saya kecil saya pernah mengalami name-calling dengan dipanggil 'gajah' karena badan saya yang besar dan gendut. Saya waktu cerita ke Ibu dan beliau menjelaskan bahwa sebenarnya nama saya itu bermakna. Itu (memberi penjelasan) beliau lakukan terus. Hal itu bisa membuat saya bisa menghadapinya," kata Tulus dalam jumpa pers acara gerakan #rayakannamamu di Kino Cafe, Sental Senayan III, Jakarta Pusat, Rabu (13/1/2016).
Berkat peran orangtua, setelah dewasa Tulus mampu mengubah olokan tersebut menjadi sebuah energi positif untuk berkarya.
"Saya malah menggunakan olokan itu untuk judul album dan lagu yang saya tulis," ujar Tulus menyinggung album keduanya, Gajah (2014).
"Keluarga jadi poros penting untuk melawan verbal bullying," lanjutnya.
Bagi Tulus, nama mengandung sebuah doa dan harapan dari yang memberikannya.
"Nama itu kan sebenarnya harapan. Ada doa yang baik di dalamnya. Nah, kita harus bangga dengan hal itu. Panggil nama orang lain ya dengan nama aslinya," tuturnya berpesan.
Kata Tulus, nama juga menjadi beban, tetapi dalam konotasi yang positif.
"Maksudnya kita harus bisa untuk mewujudkan harapan dan doa orangtua kita dalam nama kita tersebut," ujar Tulus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.