"Mereka memang tunanetra, tetapi kehidupan mereka jauh lebih berwarna daripada kita," ujar perempuan kelahiran Jakarta, 30 Juli 1977, ini seusai menonton bareng film Jingga di Bandung, Rabu (24/2/2016) sore.
Bintang film Ca Bau Kan ini menjelaskan, ia melakukan riset selama satu tahun untuk mendalami kehidupan penyandang tunanetra.
Banyak yang mengharukan. Mereka menghadapi semua masalah dengan tegar dan ceria, padahal Lola sedih dan menangis karenanya.
Misalnya, ketika mereka menceritakan penyebab kebutaan. Sambil tertawa riang, para disabilitas ini membagikan ceritanya.
"Mereka ketawa-tawa, kalau sudah nasib mau gimana? Sedangkan kita yang dengernya ingin menangis. Makanya, sepanjang riset itu, kerjaannya mewek terus. Baru di pertemuan ke delapan atau sembilan baru bisa kuat," ungkapnya.
Lola mengaku saat itu ia merasa tidak sanggup melihat hal itu sebagai sesuatu yang nyata.
Karena itulah, hal yang paling sulit dalam film terbarunya, ujar Lola, adalah membuat semuanya menjadi nyata dan natural, mulai dari akting hingga gerak kamera dibuat senyata mungkin.
Menurut Lola, tidak semua penyandang tunanetra berpenglihatan gelap. Ia kerap bertanya tentang apa yang mereka lihat.
Jawabannya, ujar Lola, tidak selalu gelap. Ada yang melihat putih karena sinar, ada yang berbayang-bayang.
"Hidup mereka tidak pernah gelap dan suram. Kehidupan mereka berwarna. Nasib gini ya terima, harus belajar dan berjuang. Harus riang segala sesuatu. Mendengar dan melihat itu, justru kita yang merasa tertampar," ucapnya.
Pemeran film Betina ini mengungkapkan, riset yang dilakukannya cukup lama, sekitar setahun karena ia tidak ingin menyesatkan penonton dengan informasi yang salah. Shooting-nya sendiri berlangsung selama 21 hari di Kota Bandung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.