Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soimah Pancawati: Seni dari Hati

Kompas.com - 03/04/2016, 15:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Pesinden Soimah Pancawati (35) tipe orang yang selalu bersyukur. Setelah merangkak merintis karier sebagai pesinden, yang selalu menembangkan ayat-ayat puisi klasik, kini ia sampai pada kepopuleran yang tak terbayangkan.

"Dulu kalau nyinden wayang kulit semalam suntuk dapat honor Rp 10.000 sampai Rp 25.000. Waktu ikut campursari, dikasih honor Rp 100.00 sampai Rp 250.000," kata Soimah, Sabtu (2/4/2016).

Sore itu ia sedang bersiap-siap naik panggung lakon "Keroncong Pesona Indonesia: Sinden Republik" di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM),  Jakarta.

Masa-masa awal terjun ke dunia seni pertunjukan, bagi Soimah, adalah masa-masa penuh cobaan. Ia harus tabah dan yakin bahwa jalan seni adalah pilihan hidupnya.

Oleh sebab itulah, ia tak malu menimba ilmu dari "guru-gurunya" Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, dan Romo Sindhunata.

"Romo selalu berpesan, kamu bisa hidup dan berkarya di mana saja, yang penting fondasinya," tutur Soimah.

Soimah paham karena ia memulai dari tradisi, maka ia tidak boleh melupakan akar kulturnya. Jika pun ia menggubah lirik-lirik baru, Soimah mengaku ia selalu berangkat dari tradisi.

"Semuanya dari hati...," katanya. (CAN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 April 2016, di halaman 16 dengan judul "Seni dari Hati".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau