KOMPAS.com – "We want more.... We want more," seruan penonton menggema ketika Sting, musisi kawakan Inggris, membungkukkan badan untuk pamit usai mendendangkan 14 lagu di panggung Java Jazz Festival 2016. Mereka seakan tak rela berpisah dengan sang idola.
Tak berapa lama setelah meninggalkan panggung, tanpa diduga-duga Sting kembali muncul untuk menyanyikan dua lagu pamungkas, yaitu "Englishman in New York" dan "Fragile". Sontak, penonton berlompatan saking girangnya. (Baca: Pesona Sting di Panggung Java Jazz 2016)
Keseruan saat menonton konser musisi kesayangan—seperti kisah Sting tadi—memang jadi momen spesial bagi banyak orang. Maka wajar jika sebagian penonton sering kali sibuk mengabadikan momen dengan foto atau video saat konser berlangsung.
Namun, hasil jepretan kerap tak memuaskan akibat ragam sebab, salah satunya karena kondisi minim cahaya. Kebanyakan konser musik memang dilakukan dalam ruangan tanpa cahaya matahari dan hanya mengandalkan pencahayaan dari lampu di panggung dan beberapa sudut ruangan.
Kalaupun konser diadakan di ruang terbuka, biasanya penyelenggara lebih jamak memilih waktu setelah matahari terbenam. Masih ada juga hal-hal lain yang bisa jadi kendala pula.
Contohnya, lightning atau pencahayaan panggung yang disetel terus berganti-ganti warna dengan pola sorot beragam sepanjang pagelaran sehingga memperumit pengambilan gambar.
"Selfie" maksimal
Karena itu, agar gambar selfie dengan musisi pujaan ketika konser terlihat pas, sebaiknya perhatikan pemilihan waktu dan posisi pengambilan foto. Pada saat memasuki area konser—jika memungkinkan—ambil tempat strategis di dekat panggung.
Namun, pada konser tunggal dengan tiket khusus, mau tak mau Anda harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapat posisi tepat. Kalau memang gandrung, ongkos tambahan untuk kenangan tak terlupakan semestinya bukan masalah, kan?
Pemilihan waktu wajib jadi perhatian pula. Khusus untuk pengambilan foto selfie, sebaiknya lakukan saat lagu bertempo lambat.
Biasanya, penonton akan menikmatinya dengan santai tanpa gerakan berlebih, untuk menghayati lagu yang mendayu-dayu. Tak cuma penontonnya, si penyanyi pun sering kali mengambil posisi diam di satu tempat ketika membawakan lagu "slow".
Dengan begitu, Anda punya kesempatan dan keleluasaan lebih untuk mengambil posisi memotret yang pas. Hal ini cukup penting, mengingat alat bantu semisal tongkat narsis (tongsis) mulai dilarang keras digunakan saat konser berlangsung.
Selain dua hal di atas, pemilihan kamera jelas tak bisa dilewatkan. Agar dapat menikmati aksi panggung sang idola tanpa dibebani bawaan berat, Anda untungnya sekarang cukup mengantongi ponsel pintar berkamera saja.
Eits, bukan sembarang ponsel tentu, kemampuan kameranya harus punya kualifikasi tersendiri. Untuk kebutuhan selfie, resolusi kamera depan tentu jadi perkara utama.
Kerap ditemui, resolusi kamera depan ponsel lebih rendah dibanding kamera di sisi belakang dan biasanya hanya berkisar antara dua hingga delapan megapiksel. Namun tak perlu khawatir, kini ada juga kok ponsel pintar yang sudah menempelkan kamera depan beresolusi hingga 16 megapiksel.
Fitur screen flash bisa pula membantu foto selfie lebih terang meskipun kondisi kurang cahaya, termasuk saat pengambilan foto pada malam hari. Lalu, jika tiba-tiba cahaya lampu konser dinyalakan terang benderang, fitur Hi-Light Camera bisa membantu menghasilkan foto selfie tanpa efek backlight.
Kalau sudah begitu, masak masih merasa foto selfie di konser jadi masalah? Selamat mencoba!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.