Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Ziarah”, Bicara tentang Hidup dan Cinta Lewat Simbol Kematian

Kompas.com - 07/05/2017, 07:29 WIB
Sintia Astarina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Film Ziarah arahan sutradara BW Purba Negara berhasil memenangkan Best Screenplay dan Jury Special Award dalam ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017, yang diadakan di Kuching, Sarawak, Malaysia, pada 4-6 Mei 2017.

BW mengaku, film Ziarah yang naskahnya juga ditulis olehnya ini berawal dari tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu. Saat itu, ia menjadi relawan di sana dan ikut membantu mengevakuasi mayat.

“Dalam proses evakuasi mayat tersebut, saya terlibat dalam menguburkan ratusan mayat tanpa identitas di kuburan massal di daerah Lambaro, Aceh. Proses punguburan tanpa identitas ini cukup membuat saya begitu gelisah,” ujar BW saat dihubungi Kompas.com lewat pesan elektronik pada Sabtu (6/5/2017).

“Pengalaman evakuasi mayat di Aceh itu itu membuat saya merenung panjang tentang kematian,” sambungnya.

Bagi BW, kehidupan itu bukanlah sesuatu yang pasti, melainkan kematian. Setiap melihat kematian, ada perasaan yang sulit untuk ia deskripsikan.

“Perasaan-perasaan itu tak pernah sama. Bagi saya, perasaan dalam memandang kematian, penting untuk ditelusuri,” ujar pria yang sejak kecil ingin menjadi sutradara itu.

“Dan film Ziarah adalah penelusuran ke arah itu. Melalui film ini Saya ingin menghadirkan simbol-simbol kematian, dalam rangka untuk membicarakan tentang hidup dan cinta,” imbuhnya.

Suatu ketika, BW teringat akan konsep makam dalam masyarakat Jawa, di mana tempat itu merupakan sebuah pertemuan dengan mereka yang sudah tiada.

“Pada sebuah makam, berbagai titik simpul kehidupan bisa saling terkait satu sama lain. Di dalam kultur tradisional Jawa, berbagai peristiwa penting dalam kehidupan sering sekali dihubungkan dengan penghormatan terhadap yang telah mati,” kata BW.

“Oleh karena itu, di makam banyak hal bisa terjadi. Tidak hanya persoalan kematian, tapi juga kehidupan. Itulah yang jadi pemicu awal ketertarikan saya menuliskan tema ini,” sambungnya.

Untuk diketahui, Ziarah sendiri juga berkisah tak jauh-jauh dari makam.

Ziarah seolah mengabadikan perjalanan Mbah Sri (diperankan Mbah Ponco Sutiyem) yang mencari makam asli mendiang suaminya, Prawiro.

Hal itu dilakukannya sesudah Mbah Sri mendengar cerita dari seorang veteran perang tentang akhir hidup Prawiro dan di mana Prawiro dimakamkan.

Selama ini ia memercayai bahwa makam suaminya adalah sebuah gundukan tanah dengan bambu runcing berbendera Merah Putih di atasnya.

Dengan keinginan kuatnya, Mbah Sri berusaha membuktikan kebenaran kisah yang disampaikan oleh si veteran perang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau