Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terinspirasi Seorang Anak Kecil, Teater Koma Pentaskan Lakon Warisan

Penulis cerita dan sutradara Nano Riantiarno mengatakan, bahwa cerita yang ditulisnya pada 2017 itu diinspirasi dari sikap cucunya yang bernama Kiva berusia tiga tahun.

"Ya benar karena Kiva. Dia kalau ada musik enggak mau lihat. Tapi, kali ini dia nonton. Ada apa ya? Enggak tahu juga," kata Nano di Galeri Indonesia Kaya (GIK) Grand Indonesia, Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2017).

"Dia belum bisa ngomong, kalau ditanya jawabannya kacau. Kalau bisa ngomong nanti saya tanya kenapa sih," sambung dia.

Berbeda dengan kebiasaan Teater Koma yang selalu memberi sentuhan musik pada setiap penampilannya. Termasuk pentas Opera Ikan Asin pada Maret lalu pun, penuh dengan unsur musik.

Menurut Nano, pentas kali ini juga akan menjadi tantangan bagi para pemain Teater Koma sendiri. Sebab, rata-rata pemain Teater Koma berusia di atas 50 tahun. Hanya tiga orang yang berada di bawah usia itu.

"Mudah-mudahan waktu enggak ada musik, setiap pemain bagus," kata dia.

Selan itu, ini merupakan sebuah penyegaran bagi Teater Koma kepada penikmat lakon pertunjukkan mereka.

Produksi Teater Koma ke-149 berjudul 'Warisan' bercerita tentang Panti Wredha yang menjadi kebanggan kota. Kala itu, kaum tua dan terlantar ditampung di panti tersebut.

Namun, delapan tahun kemudian, panti mulai menampung orang kaya yang mampu membayar mahal. Panti pun dibagi untuk orang kaya dan orang miskin. Berbagai macam karakter mulai dari penulis hingga koruptor ada di situ.

https://entertainment.kompas.com/read/2017/07/27/202658310/terinspirasi-seorang-anak-kecil-teater-koma-pentaskan-lakon-warisan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke