Mereka adalah Voice of Baceprot (VoB), band metal asal Garut yang terdiri dari Firdda Kurnia (vokal dan gitar), Euis Siti Aisyah (drum), dan Widi Rahmawati (bass0.
Ketika dijumpai Kompas.com di @america, Pacific Place Mall, Jakarta Selatan, Sabtu (19/8/2017), VoB mengutarakan bahwa kecintan mereka pada musik-musik metal karena ketidaksengajaan.
Mereka mendengar musik-musik metal untuk kali pertama dari Abah Ersa, yakni guru, mentor, sekaligus manajer VoB. Sampai akhirnya, terbentuklah band ini.
Awalnya, tiga remaja itu tak menyangka akan tercemplung ke dunia musik metal. Apalagi, mereka tak memiliki pengetahuan soal musik sama sekali.
“Enggak (nyangka) sih, secara dari wajah kami enggak ada metal-metalnya. Hahaha. Cuma enggak tahu kenapa pas denger (lagu) metal tuh, wah kita banget. Jadi langsung jatuh cinta deh,” ujar Fridda.
Firdda, Siti, dan Widi mengakui bahwa awalnya orangtua menentang niat mereka bermain musik metal karena khawatir bakal ada pandangan negatif dari lingkungan sekitar.
“Orangtua awalnya kaget pas lihat saya pulang bawa gitar. ‘Apaan tuh bawa-bawa gitar?’ ‘Ma, saya mau fokus di musik, di band’. Awalnya menantang keras,” ungkap Fridda.
Sama halnya dengan Siti dan Widi. Siti menerangkan bahwa kakak dan ayahnya lebih sering bertanya-tanya soal kesukaannya itu.
Sementara itu, Widi mengatakan bahwa orangtuanya sempat ngambek dan menyarankan dirinya untuk mendengarkan lagu-lagu Sunda saja.
Lagu-lagu kegelisahan
Berbekal idealisme dan kecintaan pada genre musik ini, VoB pun tak mau menyerah. Akhirnya, mereka bertiga belajar soal musik dari nol bersama Abah Ersa.
Hingga kini, mereka sudah memiliki empat lagu yang semuanya terinspirasi dari kegelisahan sehari-hari. Salah satu lagu mereka ialah "School Revolution".
"Jadi ini bentuk marah kami terhadap sekolah. Menurut saya di Indonesia tuh udah saatnya menggunakan sistem pendidikan yang lebih menuju ke pembentukan karakter sebagai manusia," ucap Firdda.
Adapula "Age Oriented”, lagu yang terinspirasi dari penolakan yang didapat VoB untuk tampil di sebuah acara, dengan alasan umur mereka masih muda.
"Kami pernah ditolak manggung dengan alasan umur. Kami curhat lewat lagu. Ini tentang pemasungan karya karena usia," jelas Firdda lagi.
Sempat Diremehkan
Dalam perjalanannya, VoB memang tak selamanya memperoleh jalan mulus. Adakalanya mereka harus menghadapi cibiran orang-orang sekitar.
“Sering banget sih (diremehkan), mulai dari media sosial. Ya, kata orang-orang sempat ada yang request kami di Hammersonic kan, orang-orang banyak yang bilang ah masih banyak yang bagus. Masih banyak band-band bagus yang belum terekspos,” kenang Firdda.
Nyatanya, di sekolah juga mereka tak terlalu mendapat dukungan. VoB sangat menyayangkan hal tersebut. Padahal, mereka berharap pihak sekolah bisa bangga dengan karya dan prestasi yang sudah dibuat.
“Di sekolah juga guru-guru bilang gini, ‘Ngapain jadi artis? Nanti juga bakal redup. Apaan itu main musik gitu. Kalau udah enggak musim, nanti redup sendiri.’ Suka pada begitu dan itu orang terdekat, orang-orang sekitar,” ucap Firdda.
“(Kalau teman-teman) ada yang support, ada juga yang enggak. Ada yang nyepelekan,” timpal Widi.
Meski tak sepenuhnya mendapat apresiasi dan pengakuan, band yang dibentuk pada 2014 ini hanya membalas dengan karya.
“Selera musik kan beda sama kami. Mereka lebih ke pop sedangkan kami suka metal. Mereka suka aneh, ngapain sih lagunya berisik, liriknya kasar-kasar. Katanya metal, moral terjaga, tapi dengernya musik-musik kasar. Kadang suka jelasin, mereka juga enggak bakal ngerti. Jadi kami lebih milih diam, senyum, dibalas dengan karya aja,” terang Firdda.
Di sisi lain, band pengemar Slipknot dan Linkin Park ini ingin sekali mendobrak definisi yang melekat pada band-band metal. VoB ingin menjadi diri mereka sendiri dalam mengeksplorasi musik-musik metal.
“Yang bikin sulit itu sebenarnya kayak orang bilang metal itu harus screaming, metal itu harus pakai double pedal. Itu sih yang bikin susahnya. Jadi lebih ke mengubah pemikiran orang-orang. Kalau kami sih enjoy-enjoy aja,” kata Firdda.
“Kami sih lebih ke memperkuat lagi idealisme gitu, kami punya satu idealisme yang gak boleh diubah siapa pun dan ini ideliasme kami. Mulai dari genre musik, termasuk kepribadian kami di musik,” imbuhnya.
Karenanya, VoB mengusung slogan "The Other Side of Metalism", di mana mereka ingin memperkenalkan pada khalayak luas bahwa metal tak selamanya seperti yang diketahui masyarakat kini.
“Kami ingin memperkenalkan hal itu pada orang-orang bahwa metal itu enggak selamanya scream, enggak selamanya pakai double pedal, enggak selamanya orang-orang bilang bebas, moralnya rusak. Enggak gitu. Masih ada kami,” ucap Firdda.
“Ini metal kami yang berahklak, yang berjilbab. Moral kami baik. Ngaji jalan, sekolah seimbang,” lanjutnya.
Album perdana
Saat ini, VoB tengah mempersiapkan album perdana mereka, yang mereka targetkan berisi delapan lagu.
“Sekarang udah empat lagu, lagi proses pembuatan lagu kelima. Judul belum tahu itu. Kami juga buka untuk fans kami, Balaceprot, siapa tahu mereka punya usul nama albumnya apa, buat kedekatan juga,” kata Firdda.
Dalam pembuatan album ini, Abah Ersa juga akan kembali disertakan dalam pembuatan lirik lagu.
“Kalau lirik sih emang masih dibantu, tapi kalau musik udah dilepas, terserah kami. Palingan kami, ‘Bah, dengerin nih, apa yang kurang?’ Paling gitu sih,” ujar Firdda.
“Kami suka curhat ke Abah, terus dirangkum, dikemas, dibikin lirik lagu,” kata Siti menambahkan.
Lagu-lagu milik VoB yang sudah bisa diperdengarkan para penggemar rupanya kebanyakan menggunakan bahasa Inggris. Firdda, Siti, dan Widi pun punya alasan tersendiri menggunakan bahasa asing dalam karya-karya mereka.
“Biar dimengerti seluruh orang sih, karena kami punya mimpi suatu hari kami keluar negeri, nyanyiin lagu kami di sana, dan orang-orang di sana juga ngerti arti dari lirik kami,” kata Widdy.
“Kami lebih dapet jiwanya kalau lagu bahasa Inggris. Kami banyakkan cover lagu band Amerika, pernah juga kami cover lagu Indonesia, bisa, tapi rasanya aneh dan feel enggak dapet. Enggak tahu juga kenapa,” ujar Firda melanjutkan.
Selanjutnya, VoB pun memberikan pesan kepada generasi muda untuk jangan takut menggunakan hak suara dan berkarya, serta bangga terhadap kemampuan yang dimiliki.
“Sebenarnya, anak muda Indonesia itu banyak yang punya bakat luar biasa gitu. Cuma satu, mereka enggak punya kebanggaan diri gitu. Jadi ketika mereka ketemu orang di luar, mereka minder, padahal mereka punya sesuatu yang luar biasa. Yang hilang dari mereka itu adalah keberanian bersura, jadi pesan kami, percaya diri, punya kebangaan pada diri sendiri,” tutup mereka.
https://entertainment.kompas.com/read/2017/08/20/073231410/voice-of-baceprot-ingin-dobrak-definisi-band-metal-dengan-idealisme