Salah satunya adalah kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara lain ASEAN di bidang perfilman.
"Sebenernya bukan hal yang baru lagi untuk (kerja sama) di dunia film. Film terakhir yang saya mainkan justru film Malaysia. Ini production Malaysia dan pemainnya sebagaian (orang) Indonesia," ujar Nico ketika berbincang dengan KompasTV pada acara Parade ASEAN 50 di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (27/8/2017).
Film yang dimaksud Nicholas Saputra adalah Interchange (2017). Film tersebut disutradarai oleh Dain Iskandar Said dari Malaysia.
Bagi Nicholas, ada beberapa keuntungan yang didapatnya ketika ia bisa bekerja sama dengan negara-negara lain di bidang perfilman.
"Saya rasa itu pengalaman yang luar biasa, karena banyak hal yang bisa kita pelajari dari pertukaran pengalaman ini. Selain dari topik, lokasi shooting, juga teman bekerja. Saya rasa kita bisa saling menginspirasi lah," ujar pemilik nama lengkap Nicholas Schubring Saputra ini.
"Jadi, mudah-mudahan, ke depannya akan ada lebih banyak kolaborasi negara tetangga, yang potensinya sangat besar. Kita banyak sharing di bidang budaya, alam, dan sangat diverse. Jadi, kita harus melihatnya sebagai sebuah region yang satu," imbuhnya.
Nicholas Saputra juga berharap kerja sama antarnegara ASEAN bisa lebih ditingkatkan sehingga pertukaran unsur-unsur budaya lebih mudah dilakukan.
"Saya rasa yang paling penting adalah menyadari bahwa kita ini adalah region yang sangat diuntungkan dengan adanya ASEAN dan mungkin nantinya gimana kita bisa memanfaatkan itu untuk bisa menjadi bangsa yang lebih baik, orang yang berpengalaman, dan tentunya saling menyejahterakan," kata Nico.
"Mudah-mudahan sih banyak pertukaran culture, saling menginspirasi, dan menjadi kekuatan regional yang lebih kuat, karena ini adalah region yang sangat spesial. Mengapit dua benua, samudera, dan bisa dibilang biodiversity-nya paling lengkap, dan juga dari sosial budaya sangat diverse," sambungnya.
https://entertainment.kompas.com/read/2017/08/27/125833810/nicholas-saputra-harapkan-peningkatan-kerja-sama-perfilman-dalam-asean