Diberitakan, besar sekali minat terhadap mata kuliah berjudul Beyonce, Gender and Race itu, sehingga University of Copenhagen harus memindahkan kelas mata kuliah tersebut ke ruang yang lebih besar.
Profesor Erik Steinskog mengatakan bahwa dia akan mempresentasikan lirik lagu, video, dan penampilan penyanyi itu ke para mahasiswa.
Dia mengatakan pula bahwa mata kuliah itu dirancang sebagai mata kuliah yang bisa diambil oleh para mahasiswa S1 seni dan studi budaya untuk kredit kelulusan mereka.
"Kami akan menganalisis lagu-lagunya dan video-video musiknya," ujar Steinskog.
"Akan ada fokus di gender, seksualitas, dan ras," sambungnya.
"Salah satu tujuannya adalah untuk memperkenalkan pemikiran feminis kulit hitam, yang tidak begitu dikenal di Skandinavia," ujarnya pula.
"Memahami Beyonce penting dalam memahami dunia yang kita tinggali saat ini. (Dia) adalah salah satu artis pop terbesar saat ini, yang membuatnya penting dalam sebuah analisis era kontemporer," imbuhnya.
Uniavisen, majalah universitas itu mengatakan bahwa mata kuliah Beyonce saat ini sudah penuh.
AS sudah menawarkan
Profesor Steinskog mengaku bahwa dia seorang penggemar Beyonce dan mengatakan bahwa Beyonce merupakan indikator yang bagus untuk menentukan arah musik pop.
"Dia seorang feminis kontroversial, yang membuat hal itu penting. Dia membuat kita berpikir apa artinya menjadi seorang feminis atau apa yang bisa dicapai dengan menjadi feminis, tetapi feminismenya diarahkan ke para penonton nonakademik," tutur Steinskog.
"Sulit untuk tidak kagum. Dia sangat ahli dalam apa yang dilakukannya. Hidup terlalu singkat untuk bekerja dengan musik yang tidak saya sukai," ujarnya.
Mata kuliah Beyonce bukan untuk kali pertama diadakan di universitas.
University of Rutgers di New Jersey, AS, meluncurkan kelas yang disebut Politicising Beyonce di Departemen Studi Perempuan dan Gender pada 2014.
University of Rutgers juga memiliki mata kuliah mengenai teologi lirik-lirik lagu dari Bruce Springsteen.
Georgetown University, AS, juga pernah memiliki mata kuliah yang disebut The Sociology of Hip-hop: The Urban Theodicy of Jay-Z, yang fokus ke penyanyi rap sekaligus suami Beyonce itu.
Di Inggris, sebuah modul tentang Harry Potter dan zaman ilusi ditawarkan di Durham University.
Profesor Steinskog mengatakan bahwa dia kaget dengan semua minat atas kelas itu.
"Saya membawa diskusi ini dari AS ke Eropa, sehingga merupakan hal yang memungkinkan untuk mendiskusikan masalah teoritis dan mengatakan, 'Apakah mereka terlihat berbeda dari perspektif Eropa? Apa yang Anda pikirkan saat berpikir mengenai ras?'
"Pada tahun 80-an, khususnya di akhir 80-an, mungkin hanya di AS ada pelajaran mengenai Madonna, jadi mengapa hal ini mengejutkan media saat kami membuka mata kuliah ini sekarang?" tuturnya.
https://entertainment.kompas.com/read/2017/09/06/210733110/universitas-di-denmark-buka-mata-kuliah-tentang-beyonce