"Buat saya film ini penting. Ini seperti naik kelas. Ini film periodik perdana buat saya. Lokasi dan eranya juga beda," kata Fajar saat jumpa pers di Main Atrium Kuningan City, Jalan Prof Dr Satrio, Jakarta Selatan, Senin (25/9/2017).
Fajar mengatakan bahwa cerita film itu dibuatnya ketika ia berlibur di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Ada hal unik yang ia temukan ketika berjalan-jalan bersama produser Susanti Dewi.
Fajar menemukan sebuah kisah nyata dari warga asli di Tarakan, Kalimantan Timur. Ceritanya tentang perjuangan hidup orang biasa yang tak kenal menyerah sehingga menjadi pahlawan untuk keluarga dan orang lain.
Hal itulah yang membuat Fajar dan Susanti tertarik mengangkat kisahnya ke layar lebar. Selain bertindak sebagai sutradara, ia menulis skenarionya.
Menurut Fajar, ada pesan moral penting yang akan disajikannya lewat film yang berlokasi shooting di Jakarta, Surabaya, dan Tarakan.
"Buat aku ini film penting untuk menjawab situasi kebinekaan kita yang dipertanyakan banyak orang. Indonesia itu life of dream," kata dia.
Bagi Fajar, tidak ada yang sulit dalam meramu semua aspek film kecuali suatu hal. "Yang susah adalah merangkai urutan (cerita). Ini kisah 32 tahun dijadikan dua jam," ujarnya.
Dalam film itu, belum disebutkan nama-nama karakternya. Sederet pemain yang terlibat adalah Dion Wiyoko, Laura Basuki, Aline Adita, Baim Wong, Melisa Karim, Dinda Hauw, Marcel Darwin, dan beberapa pemain lainnya.
Film itu sudah merampungkan proses shooting selama dua bulan dan saat ini memasuki proses editing. Rencananya film itu akan diputar di bioskop Tanah Air pada 2018 mendatang.
https://entertainment.kompas.com/read/2017/09/25/174559610/untuk-terbang-menembus-langit-fajar-nugros-keluar-dari-zona-nyaman