KOMPAS.COM - Peradaban manusia menuntun musik berkembang sesuai zamannya. Bahkan, sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga kini di masa Presiden Jokowi, tren musik di Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan. Para pemimpin negara itu pun memiliki selera yang berbeda dalam musik.
Laman Tribun Jogja, Senin (3/07/2017) menuliskan, pada masa pemerintahannya, presiden pertama RI Soekarno sempat melarang musik rock n roll berkembang di Indonesia.
Sebab, musik yang ia sebuh musik ngak-ngik-ngok itu dianggap dapat melemahkan mental pemuda bangsa yang kala itu tengah berjuang. Maklum saja, kondisi Indonesia belum stabil pada masa itu.
Sebaliknya, Presiden Soekarno—Soekarno tidak suka musik. Dalam catatan Kesaksian Bung Karno 1945-1967 yang ditulis Mangil Martowidjojo—disebutkan bahwa ia gemar musik tradisional Indonesia, seperti Lenso dari Maluku.
Lantas, bagaimana dengan presiden kedua Soeharto?
Rupanya, suami dari Ibu Tien ini juga begitu terlihat menyukai musik. Soeharto pernah terekam kamera tengah bermain gitar ditemani Ibu Tien. Memang, tak banyak foto yang merekam kesukaannya dalam bermain gitar atau hobi bermusik lainnya.
Namun, berdasarkan keterangan orang terdekat, Presiden Soeharto sering hadir di berbagai acara musik.
Penyanyi keroncong asal Solo, Waljinah, mengungkapkan hal senada. Kepada Kompas.com dalam artikel 7 Januari 2008 lalu, ia menceritakan bagaimana Soeharto kerap kali mengundangnya, baik ke Istana Negara maupun ke rumah pribadi sang presiden di Jalan Cendana, untuk menyanyikan lagu keroncong.
"Ketika saya diundang Pak Harto ke Jakarta mengisi acara, Pak Harto pernah bilang kepada saya, kalau beliau menyenangi lagu-lagu keroncong ketimbang lagu-lagu lainnya. Pak Harto bilang seperti itu membuat saya bangga," katanya.
Beralih ke presiden ketiga, B.J. Habibie. Pria yang terkenal akan keromantisannya ini sangat menyukai karya seni, terlebih musik. Hampir semua musik ia senangi kecuali musik rap dan hip hop.
Dalam bukunya yang berjudul Sisi Lain Istana, Andaikan Obama Ikut Pilpres Indonesia, wartawan harian Kompas, J Osdar, mengisahkan bahwa Habibie sering kali melantunkan lagu "Widuri" yang dipopulerkan oleh penyanyi Bob Tutupoly dalam berbagai kesempatan, termasuk acara di Istana Negara.
Sementara itu, selera musik satu-satunya presiden wanita di Indonesia, Megawati Soekarno Putri, tidak terlalu terekspos. Akan tetapi, dalam sebuah tayangan televisi, Megawati sempat disebutkan menyukai penyanyi asal Amerika Serikat, Frank Sinatra.
Lalu, apa yang disukai Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur?
Presiden yang terkenal humoris ini diketahui sangat menyukai jenis musik klasik. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Gus Dur memiliki banyak koleksi musik klasik, termasuk Mozart dan Beethoven.
Nah, tibalah kini kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dari sekian presiden yang pernah menjabat di Indonesia, SBY memiliki karakter berbeda soal musik.
Ayah dua putra ini dikenal bisa memainkan alat musik sekaligus mencipta lagu. Presiden SBY setidaknya telah menelurkan lima buah album hingga akhirnya mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai presiden pencipta lagu terbanyak.
Kecintaan terhadap musik juga ditunjukkan secara nyata oleh Presiden Joko Widodo. Ia terlihat jelas menyenangi musik cadas alias musik rock, mulai dari Metallica hingga Guns n Roses. Bahkan, ia sempat mendapatkan hadiah bas dari personel Metallica.
Bersatu dalam musik
Musik memang merupakan bahasa yang universal. Semua golongan dari berbagai lapisan juga usia, bisa larut bersama dalam satu suasana menikmati musik.
Mulai dari musik pop, rock, jazz, reggae, folk, blues, R&B, heavy metal, hip-hop, ska, EDM (elektronic dance music), hingga dangdut memiliki penikmatnya sendiri.
Namun, jika ingin melihat keberagaman musik dari berbagai genre dalam satu arena, pastikan Anda menjadi salah satu penonton yang hadir dalam Synchronize Festival 2017 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta Utara, pada 6-8 Oktober 2017 akhir pekan ini.
Festival yang digagas oleh unit usaha Kompas Gramedia, Dyandra Promosindo, bersama label rekaman independen Demajors tersebut akan menghadirkan setidaknya 101 penampil musik multi-genre.
Musisi kenamaan seperti Slank, HiVi, Tulus, KLa Project, Hello Dangdut, Indra Lesmana, Steven And Coconutreez, Tipe-X, hingga Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR) akan tampil tersebar di lima panggung berbeda, yakni Dynamic Stage, Forest Stage, Lake Stage, District Stage, dan Gigs Stage.
Sebelumnya penyanyi senior Ebiet G Ade sudah diumumkan pada fase pertama. Kehadiran pelantun lagu “Berita Kepada Kawan” ini menegaskan status Synchronize Fest sebagai ajang musik lintas generasi dan lintas genre, mengingat pada edisi 2016 mereka sukses menjembatani Raja Dangdut Rhoma Irama dengan anak-anak muda serta mengajak para pengunjung bergoyang bersama OM PMR.
Adapun untuk harga tiket promo terusan tiga hari yang dibandrol dengan harga Rp 200.000 sudah habis terjual.
Yang tersisa hanyalah tiket early entry (masuk per hari sebelum pukul 15.00 WIB) seharga Rp 135.000. Lalu, tiket terusan reguler seharga Rp 345.000 dan tiket harian reguler Rp 190.000.
https://entertainment.kompas.com/read/2017/10/06/083659510/jejak-musik-indonesia-dari-soekarno-hingga-jokowi