Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kulfest 2017 Satukan Beragam Tari dari Indonesia hingga Mancanegara

Acara yang digagas oleh maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok, mengumpulkan berbagai jenis tarian dari Tanah Air hingga mancanegara.

Sebagai penampil pertama ada penari tradisional asal Jepang, Hasuda Ai, yang menyuguhkan tarian Miyako di panggung Amarta, area Bendung Khayangan, DI Yogyakarta, Sabtu (25/11/2017) malam.

Hasuda mengenakan kimono yang indah dengan tata rias yang mewah. Daya tarik utamanya adalah kipas yang ia gerak-gerakkan lemah lembut penuh keanggunan mengikuti irama musik tradisional Jepang.

Mereka mempertunjukkan sebuah tarian ritual yang berdaya magis yang disebut Mabissu atau Maggiri.

Diawali dengan alunan mantra dalam bahasa Bugis kuno, empat Bissu mengitari Arajangge (benda keramat yang diyakini sebagai tempat ruh leluhur) sambil membawa keris.

Ketika bunyi gendang semakin cepat, para Bissu tadi tiba-tiba seperti kehilangan kesadaran. Mereka lalu memeragakan gerakan Maggiri, melepas keris dari sarungnya lalu menusukkan ke tubuh masing-masing.

Jika mereka terluka, dipercaya ruh leluhur yang merasuki para Bissu lemah. Namun jika tubuh mereka kebal, maka ruhnya kuat dan diyakini dapat memberi berkat.

Usai aksi para Bissu, giliran penari tradisional Thailand, Thummanit Nikomrat, beraksi di panggung. Tarian yang ia bawakan bernama Nora Klong Hong yang menceritakan tentang angsa.

Thummanit berperan sebagai Hong, makhluk setengah manusia dan setengah burung. Ia menari dengan tangan yang melengkung. Hiasan kuku panjang seperti cakar yang lentik membuat gerakan jemarinya sangat menarik.

Ia memadukannya dengan tarian Nora Pratom, di mana gerakan tangan, lengan dan bahu diselaraskan dengan gerakan kepala. Di tengah-tengah datang seorang penari bertopeng yang mewakili tokoh Pran Boon, seorang pemburu.

Lalu pada akhir tarian, Pran Boon menabuh gendang dan Thummanit dalam wujud Hong melantunkan nyanyian.



Pementasan tari berikutnya disajikan oleh Sanggar Seni Saba Sari. Dua penari dengan iringan musik gamelan Bali memeragakan tari Legong Kraton Raja China.

Satu penari menggambarkan sosok putri China bernama Kang Cin Hui, penari lainnya memerankan karakter suaminya, Raja Jaya Pangus. Tangan, kaki, dan kepala mereka bergerak seirama.

Dikisahkan Raja Jaya Pangus bertapa di Gunung Batur untuk meminta keturunan. Namun terpincut oleh Dewi Danu. Hal itu kemudian menimbulkan perdebatan antara Kang Cin Hui dengan Dewi Danu.

Hingga sang dewi murka dan memusnahkan Jaya Pangus dan Kang Cin Hui. Namun, mereka kemudian dihidupkan kembali karena permintaan masyarakat Balingkan. Ketiga penari itu menampilkan gerak tari yang sangat luwes dan seirama.

Kemudian, ada penari dari China bernama Sun Yijun yang menampilkan tari Shifan, sebuah tanda protes sosial atau protes halus terhadap tradisi Tiongkok. Sun Yijun tampil dibalut pakaian tradisional Negeri Tirai Bambu, menari sambil bernyanyi.

Selain sejumlah tarian itu, ada pula penari Pooja Bhatnagar dari India, serta penampilan dari Sanggar GER.

Kulon Progo Festival berlangsung tiga hari, yakni dari 24 hingga 26 November 2017.

Selain pertunjukan budaya, Kulfest 2017 juga menghadirkan beberapa musisi favorit Indonesia, ada Sheila On 7, Andien, Dewa Budjana feat Tri Utami, Endank Soekamti, Payung Teduh, hingga Gugun Blues Shelter.

https://entertainment.kompas.com/read/2017/11/26/094251010/kulfest-2017-satukan-beragam-tari-dari-indonesia-hingga-mancanegara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke