Ia bersama empat juri lainnya, sutradara Mouly Surya (Indonesia), Erik Matti (Filipina), serta Wasin Pokpong dan Puttipong Promasakha (Thailand), harus memilih enam finalis dari ratusan naskah itu.
"Sulitlah 500 jadi enam. Kami harus baca sinopsisnya satu-satu. Kami sudah memulai proses ini sekitar tahun lalu Filmsakers Guild dari Hooq," ucap Nicholas dalam peluncuran enam filnalis Filmmakers Guild di Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (14/3/2018).
"Ada 500 cerita, kayaknya pas baca enggak habis-habis ya Nic he-he-he. Akhirnya kami mencari yang stand out dari 500 itu," timpal Mouly.
Terpilihlah naskah Bhak (India), Suay (Thailand), Haunt Me (Singapura), How to be A Good Girl (Singapura), dan Aliansi (Indonesia). Masing-masing naskah kemudian mendapat dana 30.00 Dollar AS dari untuk memproduksi episode perdana.
Nicholas mengatakan, ada banyak kriteria dalam memilih naskah-naskah terbaik itu.
"Cerita yang paling dekat dengan penonton supaya semua orang bisa relate. Kami cari sesuatu yang baru diceritakan. Kriteria yang paling penting itu orisinil dan engagement. Kami sebenarnya kesulitan sekali memilih enam ini yang paling baik yang mana," ujarnya.
Mouly menambahkan, selain itu semua, mereka juga menggunakan insting sebagai seniman serta pengalaman bertahun-tahun di industri film.
"Jujur kami juga banyak menggunakan insting karena ini kesenian ya. Karena ini akan jadi serial, episodik. Saya mencari universalitas dari ceritanya agar bisa dinikmati penonton luar negeri juga," ucap Mouly.
Enam episode perdana yang lahir dari enam naskah tadi nantinya diputar di Hooq untuk melihat respons penonton. Karena, jumlah penonton juga menjadi pertimbangan dalam memilih pemenang.
Setelah itu, pemenang Filmmakers Guild ini nantinya melanjutkan produksi untuk episode-episode selanjutnya.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/03/14/201759710/sulitnya-nicholas-saputra-seleksi-500-naskah-seri-tv-se-asia-tenggara