Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bentara Yogyakarta Gelar Pameran Perupa Perempuan

Peserta pameran: Theresia Agustina Sitompul, Agustina "tina" Tri Wahyuningsih, Wahyu 'Adin' Wiedyardini, Dona Prawita Arissuta, G. Prima Puspita Sari, Nadiyah Tunnikmah, Caroline Rika Winata, Trien "iien" Afriza, Ayu Arista Murti, Utin Rini Anggraini, Roeayyah Diana P., Sari Handayani

Projek Bumbon yang ke #4 iniadalah upaya mencari makna perjalanan hidup (entah sebagai ibu, istri,dan pekerja) dengan merefleksikannya melalui cermin: benda yang sederhana secara bentuk dan fungsinya.

Cermin selalu melekat dengan keseharian perempuan. Setiap hari, entah berapa kali cermin ditatap, karena tidak semua bagian tubuh kita dapat terlihat dengan mata sendiri.

Setiap orang memerlukan cermin untuk melihatnya secara utuh. Cermin menampakkan diri kita apa adanya. Saat kita tersenyum, menangis, atau tertawa cermin akan memantulkan dengan jujur, tampak dengan jelas apa pun yang ada di diri kita, begitu tampak transparan.

Semua memori di masa lalu seakan tiba-tiba muncul di depan kita, saat kita kecil, remaja, dewasa dan  menjadi seorang ibu. Seolah-olah refleksi diri itu hadir.

Bercermin tidak melulu berhadapan dengan benda cermin, lewat orang-orang di sekitar, kita bisa mengetahui bagaimana diri kita, mereka menilai, entah positif atau negatif dan kita harus menerimanya.  

Aktivitas bercermin dekat dengan proses pendefinisian diri atau menyusun diri. Gambar diri atau sesuatu yang terpantul di dalam cermin memberikan makna atau citra dari diri seseorang.

Diri dalam cermin tidak saja identifikasi fisikal tapi ‘gambar’ atau imaginasi dalam arti kemampuan dari orang bercermin menghadirkan arti dari gambar dan makna. Imaginasi bukan hayalan dalam arti sehari-hari: sesuatu yang yang ngelantur, tetapi imaginasi adalah masuknya gambar dan citra yang jelas dalam daya (kekuatan) imaginasi manusia yang memiliki kekuatan seperti kekuatan berfikir. Dan faktanya, tidak ada seorang pun yang lepas dari imajinasi.

Fase cermin seringkali disebut fase imaginer,tetapi biasanya didahului oleh tahap ‘keakuan’ atau narsisme dalam proses identifikasi diri manusia, dan ini fase awal. Fase ini akan terus berlanjut sampai pada tahapan kemampuan menangkap, menyerap makna dan citra sehingga seseorang mulai menemukan tahapan dari kehidupannya yang semakin kompleks. Ketika seseorang dikepung oleh penilaian orang di sekitarnya terhadap dirinya sehingga cerminan dari orang lain ini tak terhindarkan membentuk persepsinya tentang dirinya, ini tahap yang kompleks sampai seterusnya. (Bumbon)

https://entertainment.kompas.com/read/2018/04/20/081802710/bentara-yogyakarta-gelar-pameran-perupa-perempuan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke