"Ini kejadian yang terjadi antara tahun 1995 sampai 1998," ujar Pidi Baiq di Bandung, Kamis (10/5/2018).
Saat itu, masa pemerintahan Orde Baru sedang "digoyang" oleh adanya gerakan mahasiswa yang menuntut terjadinya reformasi.
Namun Pidi dan empat orang temannya, menyikapi situasi dan kondisi Indonesia saat itu dengan cara berbeda.
Ketimbang ikut-ikutan demo, mereka memilih memisahkan diri dari NKRI dan mendirikan sebuah negara sendiri berukuran 8x10 meter di lantai dua gedung Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (FSRD-ITB).
"Negara itu diberi nama Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Penduduknya sebanyak 18 orang, kawan-kawan kami juga," tuturnya.
Pidi Baiq yang mendirikan negara ini mengangkat dirinya sendiri sebagai imam besar The Panasdalam. Imam besar memiliki hak penuh di dalam memilih dan menentukan presiden.
Presiden yang terpilh saat itu adalah Deni Rodendo. Alasan Imam besar memilih Deni adalah karena Deni dianggap satu-satunya presiden di dunia yang hapal nama penduduknya. "Itu prestasi," ungkapnya.
Imam besar juga membentuk Dewan Syuro, untuk menjadi partner dalam menentukan arah kebijakan negara The Panasdalam.
Ketua dewan syuro yang diangkat oleh Imam Besar pada saat itu adalah Ninuk. Alasan memilih Ninuk, karena Ninuk mau menjadi ketua Dewan Syuro.
Tahun 1998, setelah Presiden Soeharto lengser, Pidi Baiq memprakarsai diadakannya Muktamar The Panasdalam, yang diadakan di Dago Tea Huis.
Tujuan Muktamar untuk menentukan, setelah Soeharto turun, The Panasdalam tetap akan menjadi negara atau bergabung lagi dengan NKRI.
"Akhirnya kami memutuskan untuk bergabung kembali dengan NKRI, menjadi Daerah Istimewa The Panasdalam, setingkat sama Aceh dan Yogyakarta," katanya sambil tertawa.
Pada tahun 2000, warga negara The Panasdalam lulus dari ITB. Tak berapa lama, The Panasdalam menjadi sebuah grup musik.
"Satu-satunya negara yang jadi band adalah Panas Dalam, dan kisah nyata ini akan difilmkan," tutupnya.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/05/10/152926010/pidi-baiq-pernah-dirikan-sebuah-negara