Pengaruh Twit Ahmad Dhani terhadap Saksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saksi pelapor Natalia Dwi Lestari merasakan dampak dari twit terdakwa Ahmad Dhani yang diduga menimbulkan ujaran kebencian.

Hal itu diungkapkan oleh Natalia dalam sidang pemeriksaan saksi yang dihadirkan oleh jaksa penuntut umum (JPU) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Ampera Raya, Senin (28/5/2018).

"Ada teman saya yang tidak dukung Ahok jadi jaga jarak (kepada Natalia). Hubungan pertemanan jadi ada batasnya," ujar Natalia saat menjawab pertanyaan jaksa Sarwoto.

Natalia mengakui sebagai pendukung Ahok. Namun, ia bukan anggota dari relawan Bersih, Transparan, dan Profesional (BTP) Network, yang mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat saat bertarung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 lalu.

Sebagai informasi, BTP Network melalui ketuanya, Jack Lapian, melaporkan Dhani ke polisi atas tuduhan menimbulkan ujaran kebencian lewat twit di akun Twitter @AHMADDHANIPRAST.

"Saya bukan relawan. Kalau pendukung secara moral iya, tapi terjun ke lapangan enggak. Hanya memberi suara (dalam Pilgub DKI Jakarta 2017)," kata Natalia.

Sementara penasihat hukum Dhani, Ali Lubis, mempertanyakan soal ancaman yang diterima saksi atas twit Dhani. Twit yang dimaksud oleh Ali adalah satu dari tiga twit yang berbunyi "Siapa saja yang dukung penista agama adalah bajingan yang perlu diludahi muka nya - ADP", yang diunggah pada 6 Maret 2017.

"Tidak pernah (diludahi mukanya). Kalau melihat (orang diludahi) tidak ada," ujar Natalia.

Natalie menegaskan, ia melaporkan Dhani ke polisi lantaran twitnya menimbulkan kebencian, bukan karena bersebrangan dengan Dhani yang mendukung lawan Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017.

"Tidak ada kaitannya sama sekali. Saya keberatan karena ada kalimat kok sampai segitunya. Ada unsur bencinya," ucap dia.

Selain Natalie yang menjadi saksi, jaksa juga menghadirkan saksi lainnya. Ia adalah Retno Hendri Astuti yang juga sebagai saksi pelapor.