SURAKARTA, KOMPAS.com--Ingat Solo, ingat Didi Kempot: Ing stasiun Balapan/ kutha Solo sing dadi kenangan/ Kowe karo aku...
Ingat Solo, ingat rupa-rupa kuliner yang bertaut mesra dengan langgam gaya hidup masa kini, dari angkringan pinggir jalan sampai kafedangan.
Ingat Solo, ingat sungai-sungai yang tak lagi asyik buat ciblon dan mandi, seni rupa jalanan pelipur mata.
Ingat Solo, telinga berdendang bersama The Mudub, FISIP Meraung, Jungkat-Jungkit, Merah Bercerita, musik baik yang mengajak kita melihat-merasai banyak hal sekali lagi.
Kita juga membaca para pujangga Solo: Mas Marco Kartodikromo, Kamadjaja, Sapardi Djoko Damono, Arswendo Atmowiloto, Wiji Thukul, Rendra... Solo juga mengingatkan foto-fotomu saat Hari Raya Imlek yang memerah di kawasan Pasar Gedhe, di Solo Batik Carnival, Solo International Performing Art, Solo Culinary Festival, aduh, ini Solo atau Inggris, sih?
Solo yang kebak ingatan pantas dinarasikan lewat esai-esai gurih, lezat, dan anget seperti nasi liwet atau kalau kata The Mudub, esai yang kayak “bakso bakar Bang Brewok” yang “enaknya nendang dan menohok.”
Balai Soedjatmoko bersama Bentara Muda Solo mengajak para calon penulis muda sinau esai bertema kota dalam tiga pertemuan: 23 Mei, 30 Mei, dan 6 Juni 2018.
Tiap pertemuan, kita akan ngobrol-ngobrol lalu menulis satu halaman esai. Sinau dimulai jam 13.30 sampai jelang buka puasa. Bagi teman-teman yang berpuasa, jangan khawatir, santapan berbuka telah ditanggung Hamba Allah.
Di tiap sesi sinau, akan ada satu tema bertaut kota yang akan ditulis, seperti “roti dan kota”, “hari Minggu dan kota”, dan tentu saja “kota sebagai ruang seni dan budaya.” Kita tidak bisa mengelakkan kota sebagai ruang penting sangat berpengaruh bagi gerak kesenian dan budaya warganya.
Sebuah kota sering menjadi rujukan kepindahan seniman atau pelaku kebudayaan karena dianggap di sanalah ia bisa lebih mendenyutkan nadi seni dan budaya dalam dirinya. Gerdak seni dan budaya warga akhirnya membentuk ruang-ruang seni dan budaya muncul di kota-kota. Di Solo, kita akrab dengan Balai Soedjatmoko, Rumah Banjarsari, Ruang Atas, Taman Budaya Jawa Tengah.
Kita juga sering menemu jelma ruang seni dan budaya dalam rupa-rupa peristiwa yang dihelat keraton, di kelurahan-kelurahan, kafe, dan pusparagam yang masih bisa disebut di sini. Seni dan budaya di ruang kota, juga rupa-rupa tema bertaut kota telah saatnya tidak berhenti di obrolan atau potret di media sosial. Bocah-bocah enom berhak mendekumentasikan peristiwa berkota lewat tulisan di tiga babak sinau menulis.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/06/05/212921610/belajar-menulis-di-bentara-budaya-solo