YOGYAKARTA, KOMPAS,com--Sebanyak 19 buah karya terbaru dari seniman yang menetap di Jakarta ini akan ditampilkan dalam sebuah pameran tunggal yang bertajuk REKA MUKA di TEMBI Rumah Budaya, Yogyakarta pada 18 Juli hingga 7 Agustus 2018.
Perhelatan ini sesungguhnya adalah bagian dari rangkaian sebuah art project yang diluncurkan dengan nama Restart #10, yang merupakan sebuah parade pameran tunggal sebanyak 10 Kota, yang sudah dimulai tahun 2017 lalu di KOI Gallery Kemang.
Rangkaian pameran tunggal ini rencananya diselenggarakan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Bali. Dalam perjalanan karirnya William Robert sudah menggelar tidak 13 kali pameran tunggal.
Meminjam istilah restart yang begitu akrab di telinga kita saat ini yang sulit terpisahkan dari komputer, smartphone atau gadget, pelukis ini seperti merestart perjalanan keseniannya di usianya yang ke 51.
Dalam karya-karya terbarunya, William Robert ingin mengekspresikan prihal kecenderungan hilangnya identitas personal tiap orang akhir-akhir ini. Di tengah derasnya arus tehnologi digital begitu sangat cepat ini, ia mempertanyakan kembali prihal terutama pada wajahnya (dirinya).
Karya-karyanya dalam pameran ini banyak dihasilkan dari perenungan atau juga dialog ia dengan dirinya sendiri (monolog ), yang akhirnya menimbulkan banyak pertanyaan yang perlu ia dalami. Semisal , "Apakah kita masih merasa sejarah itu penting?" "Apakah di wajah kita masih tersimpan cerita?"
Karena hari ini, ia melihat anak anak sekarang dengan mudah mendapatkan siapa pahlawan idolanya dan dengan muda mereka melupakannya bila melihat munculnya sosok baru yang begitu populer dan merupakan produk budaya industri, yang sangat mampu membuat siapapun menjadi bintang tanpa proses yang begitu sulit.
Dalam artian asal berani tampil beda dan sedikit gila saja saat orang banyak orang yang bisa tampil di televisi hampir tiap hari. Di tengah gencarnya medsos, banyak hal yang mungkin bisa dianggap gak bermutu tetapi bisa langsung ngetop atau bahasa populernya viral.Tentu seniman ini tidak bisa menolak sebuah keniscayaan zaman ini. Ia mencoba melihat satu sisi lainnya.
Ide gagasan utama dari seluruh karyanya terangkum dalam sebuah pertanyaan sederhana, "Apakah wajah atau muka kita masih menyimpan cerita?". Lalu kenapa muka, kenapa wajah jadi objek utama untuk mengungkapkan hal di atas?
Menurutnya karena dari muka kita sesungguhnya kita dapat membaca cerita. Dalam interaksi muka atau wajah menjadi utama, face to face. Dan bila kita mengingat wajah seseorang, kita akan mengingat cerita. Apalagi melihat gambar muka orang-orang yang sudah menjadi bagian dari sejarah, tentu jadi lebih mudah menghubungkan dengan cerita perjalanannya. Lantas pertanyaannya bagaimana dengan wajah-wajah atau muka di sekitar kita? William Robert teramat yakin setiap muka kita adalah lembaran pertama untuk kita membaca cerita setiap orang. Raut muka memang merupakan ekpresi jiwa seseorang. Namun muka tetaplah hal yang paling sederhana bagi dia dalam membaca cerita kehidupan.
Tema REKA MUKA kali ini, adalah cara William Robert mereka-reka atau membaca ulang cerita apa yang masih bisa dibaca dari setiap kita. Apakah tiap kita masih menyimpan cerita? Baginya cerita atau kisah perjalanan masih begitu penting untuk terus diingat atau disampaikan kepada kawan, orang sekitar atau juga saudara. Sehingga kita bisa terus belajar memaknai kehidupan yang sesungguhnya selalu merupakan rangkaian yang tak pernah putus sejak dulu kala hingga hari ini. (*)
https://entertainment.kompas.com/read/2018/07/11/142211810/pameran-tunggal-william-robert-di-rumah-tembi