Kimo mengatakan, ia amat bangga akhirnya bisa mengisahkan cerita game yang bergenre horor tersebut ke layar lebar.
"Gue akhirnya bisa bikin film horor yang bikin gue bangga. Gue lihat game ini keren," ujar Kimo dalam jumpa pers di acara Game Event, Balai Kartini, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (14/7/2018).
Kimo berujar, ia yang menawarkan diri untuk bisa menggarap film dengan adaptasi film tersebut. Pada 2014, Kimo mengirimkan pesan surel kepada pembuat Dreadout, Rachmad Imron.
"Waktu itu tegang. Apakah email gua ditanggapi atau enggak, akhirnya terjadi sekarang," kata Kimo.
Setelah mendapatkan izin dari sang pembuat, Kimo lantas menggandeng produser Edwin Nazir dan Wida Handoyo untuk membantu proses penggarapannya.
Mereka kemudian membentuk rumah produksi kolektif bernama GoodHouseID. Selain sebagai sutradara, Kimo juga bertugas sebagai produser dan penulis skenario.
Kimo berujar, Dreadout merupakan game lokal pertama yang dibuatkan film. Menurut dia, cukup berat tugas yang diembannya lantaran harus menjaga ekspetasi berlebih dari penggemar game-nya.
"Itu beban banget sih buat gua. Kenapa gua mau? Karena memang game-nya populer di Amerika, dan gua lihat di Indonesia selama ini film horor itu dari urband legend, bukan dari game. Gua pengin memperkenalkan game ini lewat filmnya," kata Kimo.
Sementara itu, Imron mengungkapkan alasannya menerima tawaran Kimo. Secara sederhana, kata Imron, ia adalah penggemar Mo Brother--sebutan duo sutradara Kimo dan Timo Tjahjanto.
"Karena saya fans-nya Mo Brother. Jadi kalau diplot oleh sutradara lain, kami tutup mata dulu," kata Imron.
Imron mengatakan bahwa visi yang sesuai menjadi pertimbangan pihaknya menerima game itu digarap oleh Kimo. Selain itu, kata Imron, tidak banyak pelaku film yang mengapresiasi game untuk dijadikan film.
"Semoga pendekatan Dreadout lewat film, bisa memperluas game-nya lagi ke depan. Mungkin kita enggak perlu global market lagi, tapi lokal market saja sudah cukup," kata Imron.
Selain kerja sama antara GoodHouseID dengan Digital Happiness, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga ikut andil.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf, mengaku mengapresiasi dan mendukung pembuatan game itu menjadi sebuah film layar lebar.
"Ini cita-cita juga dari Bekraf. Game yang sukses secara internasional kemudian dibuatkan film oleh Kimo," kata Triawan.
"Ini tantangan beda lagi. Pas film dibuat, penggemar game pasti menuntut hasil yang luar biasa dan lebih, mereka enggak mau kecewa," sambung dia.
Dalam versi game, Dreadout menceritakan tentang Linda dan kawan-kawannya yang merupakan murid SMA. Mereka terjebak di kota yang sudah tidak dihuni lagi dan penuh dengan makhluk-makhluk supernatural.
Dalam game ini, pemain akan memainkan karakter Linda dan berusaha bertahan hidup di kota tersebut dengan menggunakan smartphone dan kamera SLR.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/07/14/142545810/game-dreadout-diangkat-ke-layar-lebar