Tino meninggal dunia pada usia 60 tahun, Jumat (27/7/2018), karena kanker kandung kemih.
"Bisa dibilang Bang Tino itu Guru Besar Perfilman Indonesia sekarang," kata Joko kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon, Jumat siang.
Menurut Joko, banyak pelaku industri film yang berguru pada Tino. Memulai kariernya di dunia televisi, Tino dikenal banyak berkecimpung dalam produksi film baik lokal maupun mancanegara.
Di antaranya Victory (1995), Pasir Berbisik (2001), Ca Bau Kan (2002), The Fall (2006), Eat Pray Love (2010), dan Sang Penari (2011).
Tino semasa hidup juga pernah terlibat sebagai pemain dal film Petualangan Sherina (2000), Arisan (2003), Pintu Terlarang (2009), dan Night Bus (2016).
"Bang Tino itu guru semua orang. Banyak banget orang film Indonesia yang belajarnya dari Bang Tino. Dia banyak ngajari kita, ngajari produksi yang baik gimana," ujar Joko.
Ia pun teringat satu pesan yang pernah disampaikan mendiang Tino kepadanya dulu.
"Dia pernah bilang ke saya kalau bikin film yang jujur. Dan benar, bikin film ya harus jujur karena ingin mengatakan sesuatu (lewat film), bukan karena gaya-gayaan atau karena uang. Itu yang saya ingat," ujar Joko.
Saat ini jenazah Tino disemayamkan di rumah duka di Komplek Bintaro Paradis Nomor 6, Jalan Bintaro Puspita Raya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Rencananya Tino akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir setelah ashar.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/07/27/134331510/joko-anwar-anggap-mendiang-tino-saroengallo-sebagai-guru-besar