Baginya, hari kemerdekaan adalah momen untuk mengingat kembali sosok ayahnya yang merupakan seorang pejuang.
Ketika ditemui usai tampil dalam Konser Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (18/8/2018), Rhoma Irama mengaku bangga, karena ayahnya turut andil dalam perang mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.
"Beliau seorang komandan dari detasemen Garuda Putih, ikut berjuang memerdekakan bangsa ini," ucap Rhoma mengenang sang ayah.
Diketahui mendiang ayah Rhoma Irama adalah Raden Irama Burdah Anggawirya, yang akrab disapa Kapten Burdah.
Ia berjasa dalam memimpin detasemen Garuda Putih menghalau serangan pasukan agresi militer Belanda di wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Juli 1947.
"Kapten Burdah itu yang menghancurkan tank mini Belanda di Tasik. Tank itu namanya dingo," kata Rhoma.
Menurut Rhoma, kini tank tersebut telah disimpan di museum TNI wilayah Jawa Barat. Musisi berusia 71 tahun ini menambahkan, bahwa tank tersebut berhasil ditemukan dan diperbaiki oleh pihak TNI setelah berpuluh-puluh tahun tertimbun di dalam tanah.
"Waktu itu seorang perwira dari (Kodam) Siliwangi, minta saya setir itu, ke museum AD," ujar Rhoma.
Seperti yang tertera dalam buku berjudul "Jenderal Tanpa Angkatan" karya Ramadhan KH, Iskandar Chotop dan Feris Yuarsa (2011), Rhoma mengungkapkan salah satu saksi hidup yang masih ada adalah Mayjen TNI (Purn) Eddie Mardjuki Nalapraya, yang juga mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 1984-1987.
Kala itu Mayjen TNI (Purn) Eddie Mardjuki Nalapraya adalah salah satu anggota pasukan detasemen Garuda Putih yang berjumlah 80 orang.
"Mayjen TNI (Purn) Eddie Mardjuki Nalapraya dulu gendong-gendong saya, wktu saya masih kecil. Beliau saksi sejarah di Tasikmalaya itu, ayah saya ikut membela bangsa ini," tutur Rhoma Irama.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/08/18/204207510/rhoma-irama-bangga-mendiang-ayahnya-seorang-pejuang-republik-indonesia