Lewat keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Neonomora mengatakan bahwa album ini tercipta dari rasa kepedihan yang ia alami.
Neonomora terinspirasi dari kisah teman baiknya yang meninggal di usia muda. Nyawa sang teman direnggut oleh suaminya karena masalah ekonomi.
"Laki-laki ini awalnya hanya ingin merampas mobil milik teman baik saya, tapi berujung kekerasan dan kematian. Kenapa saya langsung namakan Waters, Waters adalah perumpamaan dari lautan air mata," ujar Neonomora.
Ia berujar bahwa banyak sekali rintangan dalam merampungkan album berjumlah 9 lagu tersebut. Pada suatu waktu, materi album yang tersimpan hilang. Mau tidak mau, Neonomora akhirnya melakukan rekaman ulang.
"Saya harus mengulang rekaman dari awal lagi. Akan tetapi, dari situ saya justru banyak bertemu orang-orang yang tak pernah saya sangka bisa jadi teman baik, malah mungkin sangat baik," kata dia.
Ia mengaku mendapatkan bantuan dari teman-teman musisi. Mereka yang berkontribusi dalam pembuatan album itu adalah John Paul Patton dan Viki Vikranta (Kelompok Penerbang Roket), Ibnu Dian (Matter Halo), Adityar Andra (Easy Tiger), Adhe Arrio (Double Deer Records), serta Jevin Julian (Soundwave).
Dalam proses pembuatan ini, Neonomora membutuhkan waktu selama tiga tahun untuk merampungkan album di bawah label Saorsa label yang didirikannya.
Sementara itu, salah satu lagu dari album ini yang berjudul “Waves” juga ikut digarap oleh engineer asal Amerika, Fernando Lodeiro, yang pernah mengemas album Bjork dan Florence + the Machine.
Kesembilan lagu dalam album ini adalah, "Blinding, "Lies", "Be Still, My Soul", "Waves", "Waters", "Sapphire, "Flesh & Bone, "Humming Song, dan "Tears Stop Falling".
https://entertainment.kompas.com/read/2018/09/28/162922010/waters-album-kedua-neonomora-yang-tercipta-dari-rasa-kepedihan