Dimas Anggara Sempat Takut dengan Skenario "Dancing in The Rain"

"Saya meminta pada Screenplay pengen karakter seperti ini, begini, begini. Lalu Screenplay memberikan saya skenario ini. Screenplay bilang, karakter tersebut sesuai dengan yang saya minta," ujar Dimas di Bandung, Jawa Barat, Selasa (23/10/2018).

"Begitu saya baca, saya takut. Ternyata berat nih buat saya," tambahnya.

Ia kemudian menceritakan kepada orangtuanya dan meminta saran apakah mengambil skenario tersebut atau tidak.

"Orangtua bilang, ini yang kamu mau, ini yang kamu impikan. Kamu kejar, kamu harus fight semaksimal mungkin," tutur lelaki kelahiran Jakarta, 10 September 1988 ini menjelaskan.

Suami Nadine Chandrawinata ini kemudian melakukan riset, observasi ke lapangan, bertemu langsung dengan anak-anak berkebutuhan khusus.

Selain itu, Screenplay menyiapkan psikolog yang khusus menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Dari sana, kepercayaan diri Dimas tumbuh.

"Saya berinteraksi dengan anak-anak (berkebutuhan khusus) itu. Saya belajar cara bicara, gestur. Yang paling sulit, cara pandang mereka," tuturnya.

Sebab, cara pandang orang berkebutuhan khusus berbeda. Mereka cenderung mengurangi bertatap mata.

Selain itu, ia menonton tiga hingga empat referensi film. Baik yang direferensikan sutradara, penulis, ataupun dirinya sendiri. Namun saat proses shooting hingga selesai, Dimas kerap tidak yakin.

"Jujur saya ga yakin, saya justru ragu pada diri sendiri. Tapi teman-teman di lokasi, kru, lawan main, meyakinkan. Lu bisa. Makanya saya ingin melihat respons penonton, untuk lihat berhasil ga," ungkapnya.

Dimas pun senang melihat antusias penonton. Dimas melihat, penonton keluar dari bioskop dengan puas, berasa ada di film itu, dan merasakan ikatan keluarga yang kuat.

"Saya melihat banyak air mata (penonton) keluar. Itu yang membuat kami merasa memberikan tontonan yang layak buat penonton," pungkasnya.