KOMPAS.com – Belasan orang tampak berenang menuju Pulau Dangar Besar yang terletak di Nusa Tenggara Barat. Sesampainya di daratan, ke-16 orang itu dibagi ke dalam delapan tim berdasarkan warna buff yang harus mereka temukan di dasar laut.
Di pulau tak berpenghuni tersebut kedelapan tim harus bertahan hidup dengan menaklukkan berbagai tantangan yang diberikan. Dimulai dari mengumpulkan tali, kayu, hingga daun kelapa untuk merakit shelter, menangkap ikan, dan mengumpulkan kelapa untuk perbekalan, hingga menggunakan ketinting untuk mencapai lokasi akhir tantangan.
Tak berhenti di situ, delapan tim harus menghadapi tantangan selanjutnya di Tanjung Menangis yang terletak di ujung timur Pulau Sumbawa Besar. Di sana, mereka harus menaklukkan berbagai macam tantangan yang menguji kekuatan fisik untuk mengumpulkan 4 artefak yang harus disusun di titik finish.
Jika di hari sebelumnya mereka diuji mengenai kemampuan bertahan hidup di sebuah pulau tak berpenghuni, kali ini mereka diuji dari segi kekuatan fisik. Mulai dari berlari dengan membawa beban, kayaking, menyelam hingga memanjat tebing.
Menang melawan diri sendiri
Rasanya kata-kata Plato, “menaklukkan diri sendiri adalah kemenangan yang paling akbar” cocok untuk menggambarkan perjuangan yang dilakukan oleh keseleruhan peserta dalam menaklukkan tiap tantangan yang diberikan. Demi mencapai tujuan, total 16 peserta itu harus bisa menaklukkan diri mereka sendiri.
Menariknya dimusim kedua ini, dari 16 peserta terdapat satu peserta wanita bernama Elize. Walaupun menjadi satu-satunya wanita, kemampuannya tidak bisa diremehkan.
Dalam sebuah tantangan, kemampuan berenang Elize berhasil membantu timnya dalam menyelesaikan misi di Tanjung Menangis dengan baik. Bahkan, timnya berhasil menorehkan catatan waktu terbaik kedua saat itu.
Selain tantangan yang menguji ketahanan fisik, kemampuan bekerja sama dalam tim juga diuji. Sebab, para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Mereka harus saling bahu membahu mengisi kelemahan kawan satu timnya, serta berkompromi satu sama lain. Seperti pada tantangan di Pulau Dangar, setiap tim harus membangun bivak sebagai tempat berlindung selama bermalam di sana.
Bermodalkan peta dan kompas, mereka harus menjelajahi pulau untuk mengumpulkan bahan pembuat bivak. Tentunya tidak semua peserta bisa membaca kompas atau pun membangun bivak. Namun, di sinilah kemampuan para peserta untuk bekerja sebagai tim diuji.
Akhirnya, semua tim dapat menyelesaikan tantangan-tantangan yang diberikan, meskipun harus ada tim yang lebih unggul dari tim yang lainnya.
Perjuangan ke-16 peserta menantang diri dan menjelajahi Indonesia Timur masih terus berlanjut. Pantau perjuangan mereka dan ikuti info seputar keseruan aktivitas digital Pro Warriors melalui website, Youtube, dan Instagram.
Di luar itu, apa yang dilakukan para peserta Pro Warriors musim ke-2 ini bisa menjadi bukti bahwa semangat pantang dan terus berjuang mendobrak batas diri bisa membawa mereka mencapai tujuan.
Pada dasarnya, semangat seperti ini juga bisa Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah, rasa kemenangan seperti apa yang telah dikatakan Plato.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/10/26/151726310/membakar-semangat-untuk-melampaui-batas-diri-ala-pro-warriors