"Ini satu film yang skenarionya paling susah dari yang pernah saya kerjakan, gimana saya harus bisa bikin cerita yang kuat juga," ucap Joko dalam acara bincang-bincang pada Indonesia Comic Con (ICC) 2018, yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Minggu (28/10/2018).
Joko mengaku butuh konsentrasi dan energi lebih untuk membuat skenario yang baik untuk film tersebut, sampai-sampai ia harus menulis di tempat yang jauh dari kebisingan.
"Sangat susah, sampai nulis harus dalam kondisi sangat tenang. Kalau enggak di museum, saya tulis di kuburan. Setelah empat bulan, akhirnya jadi skenario Gundala," ujarnya.
Joko Anwar mengatakan pula bahwa tantangan tersulit dalam menulis skenario itu adalah bagaimana ia harus mengondisikan alur cerita komik Gundala ke dalam film pada zaman ini.
"Cerita, yang pertama harus kuat, sensibilitasnya harus cocok dengan society zaman sekarang. Karena, kalau kami plek-ketiplek (sama betul) dengan zaman dulu, enggak bisa, harus di-upgrade. Itu juga yang saya lakukan di film saya sebelumnya, seperti Pengabdi Setan, sehingga penonton zaman sekarang bisa related dengan ceritanya," tuturnya.
Gundala Putra Petir merupakan superhero asli Indonesia karya mendiang komikus Harya Suryaminata atau Hasmi yang lahir pada 1962.
Gundala mengenakan kostum ungu dengan topeng yang memiliki ornamen sayap pada bagian telinga kiri dan kanannya.
Dalam mencipta Gundala, Hasmi terinspirasi oleh tokoh legenda Jawa Ki Ageng Selo, Sang Penangkap Petir.
Gundala mengalahkan musuh-musuhnya dengan sejumlah kekuatan istimewa yang bersumber dari petir.
Sejak komik pertamanya terbit pada 1969, Gundala menjadi tokoh cerita bergambar legendaris Indonesia sampai sekarang. Komik Gundala telah dirilis 23 judul hingga 1982.
Karakternya yang "merakyat" memberi kedekatan dan kebanggaan tersendiri bagi para penggemarnya di Indonesia.
Selain itu, fenomena petir juga tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia sebagai negara tropis dengan curah hujan yang tinggi.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/10/29/074144110/joko-anwar-tulis-skenario-film-gundala-di-museum-dan-kuburan