Daniel Mananta: Ternyata Jadi Aktor Sulit Banget

Bagi Daniel, hal tersebut bukanlah perkara mudah, apalagi film tersebut adalah film pertamanya berperan sebagai tokoh utama.

"Ekspektasi orang pertama lihat 'kok Daniel Mananta yang jadi Ahok?'. Gue sendiri waktu pertama kali ditawarin casting buat jadi Ahok 'Ah serius lu, gue jadi Ahok?" ucap Daniel saat ditemui dalam press screening film A Man Called Ahok di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/11/2018).

Film ini diadaptasi dari buku karya Rudi Valinka dengan judul yang sama. Bercerita tentang hubungan Ahok dengan ayahnya, Kim Nam, di mana mereka berdua saling mengemukakan prinsip dan pandangan hidup sampai akhirnya Ahok terjun ke dalam dunia politik.

Atas peran tersebut, Daniel bersyukur karena sang sutradara benar-benar mengarahkannya secara detail untuk bisa total dalam memerankan tokoh Ahok.

"Sutradaranya itu bisa membuat gue jadi mirip pak Ahok, karena dia ambil angle yang tepat, emosi pak Ahok dari scene sebelumnya dan sesudahnya diarahin banget sama beliau," ucap Daniel.

Daniel mengaku, bahwa dalam memainkan film ini ia banyak mendapat pelajaran baru, terutama dalam menjadi seorang aktor.

"Ternyata sebagai aktor sulit banget untuk mempertahankan (karakter) itu selama 90 menit film berlangsung," ungkap Daniel.

Daniel menambahka,  bahwa setidaknya butuh waktu setengah tahun bagi dirinya untuk bisa mempelajari karakter Ahok secara mendalam.

"Gue ada reading dulu dan setiap hari berusaha banget, (sempatkan) lima menit saja berperan sebagai Ahok, mulai dari di ruang tunggu atau sebelum nge-MC, ya, nontonin YouTube-nya dan pelajarin, itu gue ulang-ulang lagi biar suara gue mirip (sama Ahok), habis itu gue rekam suara gue," ungkap Daniel.

Rencananya film tersebut akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 8 November mendatang.

Beberapa pemain lain yang turut terlibat dalam film ini adalah Denny Sumargo (Kim Nam muda), Chew Kin Wah (Kim Nam tua), Eriska Rein (ibunda Ahok muda), Sita Nursanti (ibunda Ahok tua), Donny Damara (pejabat pemerintahan Belitung Timur), dan Ferry Salim (koh Asun).