Denny Malik selaku Creative & Show Director pertunjukan ini mengatakan, Genta Sriwijaya akan mengemas budaya Indonesia dengan modern dan kolosal.
"Jadi ini bisa dibilang sebuah pertunjukan sejarah dari budaya Indonesia. Kita ingin buat suatu yang kolosal, memang sifatnya dilakukan di gedung teater," ujar Denny Malik dalam jumpa pers di The Pallas, SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (8/11/2018).
"Buat saya ini original, enggak ikut budaya luar, kita punya budaya kita tapi kita buatnya modern, kekinian dengan era sekarang. Bagaimana tradisi ini supaya tidak ketinggalan zaman," imbuh Denny.
Meski demikian, Denny menjamin pagelaran yang akan menceritakan tentang Kesatuan Sriwijaya ini tidak akan lepas dari pakem cerita asli.
"Tentunya dari tariannya kita juga harus mengeksplor, tidak merusak pakemnya tapi kita modifikasi, membuat suatu yang lebih menarik. Walaupun ceritanya masa lalu tapi kita tampilkan enak untuk ditonton," kata Denny.
Melibatkan beberapa penyanyi, artis peran atlet seperti, Andrea Miranda, Daniel Christianto, Ruth Sahanaya, Ivy Batuta, Inaya Wahid, Yenny Wahid, Bambang Pamungkas, Cathy Sharon, Ncess Nabati, Sogi Indra Dhuaja, dan Deasy Novianty, Denny Malik pun merasa tertantang untuk dapat mengarahkan mereka sebagai pemain.
"Persiapannya singkat. Ini tantangan saya karena mereka bukan profesional. Ini banyak ibu-ibu muda, mayoritas orang yang pecinta seni budaya, yang mereka ini tampil untuk melestarikan seni budaya. Ini saya mengarahkan mereka tampil layaknya profesional," ucap Denny.
Nantinya, akan ada 200 penampil yang akan hadir dan membuat panggung Genta Sriwijaya semakin meriah.
"Kita mau bikin yang grande, boleh dibilang ini semi kolosal. 200 performace memang enggak gampang. Karena yang tampil itu bukan semuanya profesional," paparnya.
Selain Denny Malik sebagai Creative & Show Director, pagelaran ini juga menghadirkan Kenthus Ampiranto sebagai sutradara, Rangga Djoned sebagai Art Director, dan Tohpati sebagai Music Director.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/11/08/194052910/genta-sriwijaya-kemas-budaya-indonesia-dengan-modern-dan-kolosal