“(Memperlihatkan) sisi lain saya yang tidak dilihat banyak orang,” ujar Bisma kepada Kompas.com di Bandung, Senin (12/11/2018).
Bisma mengaku sangat dekat dengan lingkungan The Panasdalam. Ia bahkan kerap berfilsafat bareng dengan Pidi Baiq, personel band tersebut.
Begitu ada kesempatan berkarya bareng Pidi Baiq, ia pun langsung menyambutnya dengan senang.
“Berkarya bareng dengan kebebasan atau idealisme dan menyalurkannya dengan sangat bebas. Mungkin terlihat sangat absurd,” ungkapnya.
Lelaki kelahiran Bandung, 27 november 1990 ini mengaku sangat cocok dengan orang-orang ataupun pemikiran The Panasdalam.
“Nyambung banget pola pikir, sudut pandangnya. Film ini pasti akan ada pro dan kontra. Bagi saya itu ga apa-apa, karena ketika orang jujur pasti ada penolakan dari orang lain,” ucapnya.
Belum lama ini Pidi Baiq menceritakan alur cerita filmnya yang diambil dari pengalaman Pidi bersama teman-temanya saat mendirikan sebuah negara bernama Panas Dalam.
Kejadian tersebut berlangsung 1995-1998. Saat itu, masa pemerintahan Orde Baru sedang "digoyang" oleh adanya gerakan mahasiswa yang menuntut terjadinya reformasi.
Namun Pidi dan empat orang temannya, menyikapi situasi dan kondisi Indonesia saat itu dengan cara berbeda.
Ketimbang ikut-ikutan demo, mereka memilih memisahkan diri dari NKRI dan mendirikan sebuah negara sendiri berukuran 8x10 meter di lantai dua gedung Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (FSRD-ITB).
Negara itu diberi nama Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Penduduknya sebanyak 18 orang, teman-teman Pidi Baiq.
Pidi Baiq yang mendirikan negara ini mengangkat dirinya sendiri sebagai imam besar The Panasdalam. Imam besar memiliki hak penuh di dalam memilih dan menentukan presiden.
Setelah Soeharto lengser, The Panasdalam kembali bergabung dengan Indonesia. Tak berapa lama, The Panasdalam menjadi sebuah grup musik.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/11/12/191651910/the-panas-dalam-movie-perlihatkan-sisi-lain-bisma-smsh