The Mo Brother selama ini dikenal lewat film-film brutal mereka, di antaranya Rumah Dara (2010), Killers (2013), dan Headshoot (2016).
Namun pada 2018 lalu, mereka berdua memutuskan untuk mengambil jalan masing-masing tanpa label The Mo Brother lagi. Timo pun bercerita tentang "perpisahannya" dengan Kimo itu.
"Kalau sudah pacaran bosan, gimana?" ujar Timo bercanda saat berbincang dengan Kompas.com di sebuah tempat di Senayan City, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
"Ini perpisahan yang baik dan sehat. Karena gua juga melihatnya, semakin lu punya jam tayang sebagai sutradara, gua rasa, pemikiran lu mulai lama menjadi homogeneous. Dalam arti kata, visinya pure," sambung Timo.
Menurut Timo, semakin ke sini visi dan misi mereka dalam hal penggarapan film lama-lama semakin berbeda. Ia dan Kimo masing-masing mempunyai gaya dan pemikiran sendiri.
"Kimo selalu punya misi kayak di DreadOut gitu ya, dia tahu benar apa yang dimauin oleh remaja anak sekolahan. Gua sendiri otaknya enggak nyambung ke situ karena dunia gua sudah masuk ke The Night Comes for Us-lah," kata Timo.
"Jadi Kimo memang sudah bisa beradaptasi dengan dunia mainstream-lah ya. Sedangkan gua lebih punya visi bahwa selagi bisa bikin film lebih di dunia yang keras, gua pengin lebih ke situ," kata dia lagi.
Headshot adalah film terakhir Kimo dan Timo berkolaborasi sebagai sutradara. Selepas itu, Kimo menyutradarai DreadOut yang diadaptasi dari game video populer.
Sedangkan Timo menyutradarai film Sebelum Iblis Menjemput, The Night Comes for Us, dan Si Buta dari Gua Hantu, sebuah film yang sedang digarapnya pada 2019 ini.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/01/04/155625210/timo-tjahjanto-perpisahan-dengan-kimo-stamboel-berjalan-baik-dan-sehat