"Masalah perfilman Indonesia yang paling URGENT adalah kurangnya kru dan pemain film yang PUNYA SKILL. Produksi tiap tahun makin banyak. Krunya nggak ada," tulis Joko di akun Twitter-nya, @jokoanwar, seperti dikutip Kompas.com, Sabtu (30/3/2019).
Menurut sutradara Pengabdi Setan ini, sekolah film atau jurusan perfilman di perguruan tinggi di Indonesia itu sebenarnya ada tersedia, namun masih kurang jumlahnya.
Karena minimnya fasilitas untuk mempelajari perfilman secara akademis itulah yang membuat kru dan pemain film yang punya kompetensi menjadi kurang. Padahal pendidikan untuk dunia film, menurut Joko, penting dan diperlukan.
"Sekolah film kurang banyak, jurusan film di kampus-kampus kurang banyak. Pelatihan film kurang banyak. Pengajar yg kompeten juga kurang banyak," tulis Joko.
"Kalo yg gak kompeten ngajar, sesat lah semua. Yg mau kerja di film gak mau belajar dulu. Dia kira kayak makan bubur ayam langsung bisa," tambahnya.
Joko menambahkan, jika tidak melalui perguruan tinggi misalnya, paling tidak pelatihan teknis perfilman bisa diperbanyak dan dilakukan secara maksimal. Ia pun mengusulkan rumah-rumah produksi di Indonesia untuk menggelar kegiatan semacam itu.
"Menurut saya, PH-PH ketimbang bayar orang-orang yg nggak punya skill, mending bikin pelatihan. Penulisan skenario lah minimal. Ntar lulus dan bagus mereka pekerjakan. Datangkan pengajar yg kompeten. Kalo perlu dari luar negeri," tulis Joko.
"Perfilman Indonesia lagi di masa paling gemilang. Penontonnya paling banyak. Kepercayaan penonton terhadap film Indonesia paling tinggi. Pembuat film (terutama pemilik PH) jangan take it for granted. Bikin film asal, tema dan genre itu-itu aja. Jenuh ntar penonton dan ilang lagi," tambahnya.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/03/30/143700810/joko-anwar--produksi-filmnya-banyak-krunya-kurang