Tika dan Udjo merasa profesi tersebut memberinya banyak pandangan baru dalam kehidupan sehari-hari.
"Bekerja sebagai penyiar itu seperti baca buku, kita harus membiarkan imajinasi pendengar kita yang bermain," ucap Tika saat ditemui dalam sebuah acara di Blok M, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Menurut Tika, menjadi penyiar radio ternyata memiliki disiplin ilmu yang harus diterapkan, bukan hanya sekadar berbicara.
"Kayaknya enak ya ngomong, tapi itu ada ilmunya, jangan sampai kita sibuk sendiri, ngomong sendiri jadinya membuat pendengar kita dilupakan," ungkapnya.
"Beda kalau di Project Pop, kita bilang 'hai bapak ibu selamat sore' gitu doang paling kan," sahut Udjo.
Udjo mengatakan setelah menjadi penyiar radio ia mendapat banyak belajar cara membangkitkan suasana hati penggemar, apalagi mereka melakukan siaran di pagi hari.
"Menjadi penyiar pagi itu diharapkan bisa menjadi sosok yang menyemangati dan menemani pendengar di pagi hari, jadi kalau kita terlalu melow atau gimana jangan siaran pagi deh," ucapnya.
"Aku sih berharap apa yang aku sampaikan bisa jadi penyemangat para pendengar. Jujur saja gua jadi banyak belajar di sini," sambungnya.
Tika menambahkan bahwa interaksi yang dibangun oleh penyiar radio saat ini setidaknya sedikit lebih mudah karena kemajuan teknologi. Dengan begitu, kata Tika, ia bisa lebih mudah mendapatkan perhatian pendengar.
"Apalagi kita sekarang ada sosial media, ada Insta Story, jadi orang-orang bisa tahu kita mau lagi apa," ujarnya.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/03/31/113200810/jadi-penyiar-radio-tika-pangabean-dan-udjo-project-pop-dapat-banyak