Film-film itu, Harapan Anak Cenderawasih (2012) dan Kun (2016), akan disuguhkan untuk publik dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2019.
Harapan Anak Cendrawasih
Film berdurasi tujuh menit ini disutradarai oleh FX Making.
Anak-anak di Arso, Papua, perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea, disebut anak-anak Cenderawasih. Mereka berhadapan dengan sistem pendidikan yang carut marut.
Guru jarang datang, anak-anak yang ingin belajar terbengkalai. Kadang guru datang siang, tetapi lantas menyuruh murid-murid pulang.
Untuk mengisi waktu dan mendapat upah, anak-anak bekerja di perusahaan kelapa sawit. Namun, para murid tetap memiliki cita-cita tinggi untuk mereka wujudkan.
Pemutaran film Harapan Anak Cenderawasih didukung oleh EAST CINEMA dalam program East Indonesian #1.
KUN
Film itu disutradarai oleh Calista Bunga Anindya Kirana dan diproduksi oleh SMK Tunas Harapan Pati.
Pemutaran film tersebut juga didukung oleh SMK itu.
Cerita film Kun, yang berdurasi 10 menit, terinspirasi dari kisah nyata tentang Kunardi atau Kun, seorang siswa peserta Olimpiade Sains Terapan Nasional Bidang Fisika.
Dua minggu sebelum lomba, oleh guru pembimbingnya, Pak Nuri, baru diketahui bahwa Kun mengalami masalah penglihatan.
Dokter menyatakan bahwa Kun menderita miopia degenerativa dan ia tidak bisa dipakaikan kacamata.
Penyesalan, kekecewaan, dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu. Pak Nuri ingat konsep "mestakung" (semesta mendukung) dalam fisika.
Pertama, ketika kondisi kritis, akan ada jalan keluar. Kedua, ketika seseorang melangkah, ia akan melihat jalan keluar. Ketiga, ketika seseorang tekun melangkah, ia akan mengalami "mestakung" (semesta mendukung).
Semesta adalah segala yang hidup di muka Bumi ini.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/05/23/100000110/cerita-anak-papua-kekurangan-guru-dan-kisah-siswa-alami-gangguan