Karya fiksi yang ditulis dua pengarang dari dua generasi berbeda dan berlainan gender ini memang termasuk langka. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Proses penulisannya pun cukup unik. Gagasan utama dituliskan Rayni pada 2018 hingga selesai, baru kemudian diserahkan kepada Christyan untuk ditambahkurangi dan dilengkapi sesuai imajinasi dan kreasinya sendiri. Setelah rampung mereka kemudian mendiskusikan, menyuntingulang dan saling melengkapi hingga mencapai bentuk final pada 2019.
Tugas Christyan tidak hanya menulis dan melengkapi teks, tapi juga membuat ilustrasi di setiap bab dan kemudian membuat rancangan sampulnya. Setelah disepakati mereka kemudian meminta Nanang Gani untuk membuat desain cover sebagaimana tampak hasilnya saat ini.
Kerjasama Rayni dengan Christyan tidak hanya baru kali ini. Sebelumnya, Rayni telah meminta Christyan untuk membuat ilustrasi dan gambar sampul kumpulan cerita pendek bergambar (graphics short stories) “Daun Itu Mati” (Prenada Media-2017). Dan kini mereka tengah menyiapkan cerita bergambar (graphic story) “Pocong Ketakutan.”
Bagi Rayni “Rainbow Cake” ini adalah karya fiksinya yang kesembilan, dan merupakan pengalaman pertamanya menulis sebuah karya dalam genre thriller. Dan, tanpa terduga, karyanya ini seolah digerakkan serta dijiwai oleh enerji luar biasa dari dua lagu karya seniman Sudjiwo Tedjo: “Titi Kolo Mongso” dan “Ingsun.” “Rainbow Cake” adalah novel Rayni yang kedua setelah “Langit Terbuka” (Prenada Media-2017). Sebelumnya, Rayni dikenal sebagai fashion styliste, dan pengarang cerita pendek dan sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan cerpen, serta menulis beberapa buku nonfiksi.
SINOPSIS
Pengalaman di-bully pada masa remaja, membuat Hilda selalu tidak nyaman dengan dirinya hingga hatinya semakin mengeras.
Melanjutkan sekolah ke Paris, ia perlahan mengubah cara pandang terhadap diri dan gaya hidupnya. Di Kota Budaya itu Hilda belajar memasak dan bikin kue.
Kegemaran barunya mengunjungi galeri seni, membuatnya terpaku di hadapan sebuah lukisan yang menggetarkan dan perlahan membuka pengalaman aneh pada tubuhnya.
Hijrah ke Ubud Bali, ia mulai dihantui musik dan lagu yang tiba-tiba bersarang di kepala dan telinganya. Selain merasa ngeri dan membuatnya mual dan pening, ia juga menikmati gairah dan energi aneh dari apa yang didengarnya. Sampai ia bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang pernah melukai hati dan sangat dibencinya.
Balik ke Jakarta dan sukses sebagai pembuat dan pemilik toko kue, masalalunya semakin menghantui dan merusak jiwanya. Cinta, benci, rindu, dan dendam telah mengaduk-aduk emosi dan energinya yang luar biasa.
Alunan musik dan lagu misterius yang terus menghantuinya telah mendorongnya untuk melakukan hal-hal tak terduga termasuk mewujudkan seni instalasi “Kue Terindah”.
Sebuah “Rainbow Cake” yang berakhir dengan kengerian dan malapetaka.
Tentang Pengarang
RAYNI N. MASSARDI
Rayni N. Massardi, kelahiran Brussels, Belgia, pada 29 Mei 1957, ini adalah putri pertama dari pasangan Anwar A. Moein dan Siti Baini Moein. Lulusan Universitas Paris III, Sorbonne Nouvelle, Departement d’Etude et de Recherches Cinematographiques, Paris, Perancis (1981), ini pernah ikut dalam beberapa produksi film dan mengajar sinematografi. Berhenti dari kegiatan film, ia kemudian banyak menulis cerita pendek yang dimuat di pelbagai koran dan majalah. Antara lain terpilih dalam antologi “Laki-Laki yang Kawin dengan Peri: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1995” dan “Riwayat Negeri yang Haru: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006.”
Kumpulan cerpen tunggal karya ibu dari dua anak ini adalah: “Istri Model Baru” (1990), “Pembunuh” (2005), “I Don’t Care” (2008), “Awas Kucing Hilang” (2010), dan “Terima Kasih Anakku” (2012).
Rayni juga menulis karya nonfiksi, antara lain: “Ngoprek ‘Santai’ Syair Lagu: Dari Taman Langit sampai TakAda yang Abadi” (2010), “Hidup Enggak Enak Itu Enak!” (2007), “1655: Tak Ada “Rahasia” dalam Hidup Saya!” (2005), dan “Inspirasi Mode Indonesia” (2003).
Novel pertamanya “Langit Terbuka” diluncurkan bersama novel karya suaminya “Straw” pada 10 Januari 2015 di Bentara Budaya Bali. Pada 2017 ia meluncurkan kumpulan cerpen grafis “Daun Itu Mati” dan bekerjasama dengan Christyan AS sebagai ilustrator. Novel “Rainbow Cake” ini adalah kerjasama Rayni yang kedua dengan Christyan AS. Selain membuat ilustrasi, Christyan juga ikut menulis, menyunting dan memperkaya novel ini. Suatu kerjasama yang unik dan menarik dari dua generasi yang berbeda.
Rayni, istri dari pewarta/pengarang Noorca M. Massardi, ini telah dikaruniai dua putri (Cassandra Massardi dan Nakita Massardi), dan diberkahi tiga cucu lelaki: Bondi (Muhammad Hafiizh Effendi) dan Arken Jati Sasongko serta Dylan Maka Manoch. Sejak 1995 Rayni membantu promosi film dari kelompok Cinema XXI khususnya sebagai koordinator media. Rayni bisa dihubungi melalui https://www.facebook.com/rayni.massardi, IG @raynimassardi, dan email: rayni295@gmail.com
CHRISTYAN AS
Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 9 Februari 1990, Christyan AS dibesarkan di Denpasar, Bali. Lulusan S1 Pendidikan Seni Rupa dari Universitas Negeri Malang, dan S2 program pascasarjana Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM, ini berkarya di bidang multidisiplin seni: seni rupa, performance art, aktor, menulis lagu, dan lain-lain.
Beberapa ilustrasinya antara lain pernah dimuat di buku kumpulan puisi Meditasi Kimchi karya Tengsoe Tjahjono (Penerbit Pelangi Sastra Malang, 2016), kumpulan cerpen Usaha Membunuh Sepi karya Felix K. Nesi (Penerbit Pelangi Sastra Malang, 2016), kumpulan cerpen dan puisi Daun itu Mati karya Rayni N. Massardi (Penerbit Kaki Langit Kencana, 2017), Logbook Performance Eliminasi produksi Teater Komunitas (Penerbit Pelangi Sastra Malang, 2017), ilustrasi cover untuk buku Estetika Musik karya Suka Hardjana (Penerbit Art Music Today, 2018), kumpulan essay Arketipe: Penciptaan Kreatif Hingga Dinamika Realitas Kelompok karya Mutia Avezahra (Penerbit Kuncup, 2018), kumpulan puisi The Book of Talentless Words karya Malha Bungin (Penerbit Kaki Langit Kencana, 2018), ilustrasi untuk beberapa film indie, dan lain-lain.
Sebagai aktor ia pernah memerankan Caligula dalam lakon Caligula (2013) yang disutradarai Romdan Rijal (Teater Ruang Karakter-Malang), sebagai Brajanata dalam Pentas Teater Sinema: Suara Hati Angraini (2013) yang disutradarai Karkono Supadi Putra (Lentera Sastra - Malang), pementasan “kolaboratif” Metamorphosa – Batik Eksperimental Performing Art karya Bambang Sarasno (2013) yang disutradarai Arswendi Nasution (Teater Mandiri Jakarta), sebagai Hamlet dalam pementasan Hamlet (2013) yang disutradarai Doni Kuss Indarto (Teater Ruang Karakter-Malang), monolog Mata Kucing (2015) yang diadaptasi dari cerpen karya Sthiraprana Duarsa dan disutradarai Abu Bakar (Teater Bumi-Denpasar), sebagai sutradara, penulis naskah, sekaligus pemain utama dalam lakon Suara-Suara (2018) yang diinspirasi dari naskah Nyanyian Angsa karya Anton Chekov (produksi Teater Vocarium bekerjasama dengan Teater Amarta – Yogyakarta), dan lain-lain. ?
https://entertainment.kompas.com/read/2019/05/28/194431810/rainbow-cake-sebuah-novel-psycho-thriller