"Kekerasan di film ini minim," ujar Joko saat dijumpai dalam acara Meet & Greet Gundala di Atrium Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat, Sabtu (15/6/2019).
Minimnya kekerasan dalam film tersebut, dilakukan untuk memenuhi kriteria yang diminta oleh rumah produksi Screenplay Films dan BumiLangit Studios. Di mana rumah produksi ingin film tersebut berada pada klasifikasi penonton usia 13 tahun ke atas.
"Karena klasifikasi usia 13 tahun ke atas. Kalau dari segi cerita film agar dinikmati semua orang," ujar Joko.
"Ingin film keluarga bisa nonton bareng, tapi jangan bawa anak kecil banget karena nontonnya juga penuh konsentrasi," sambung Joko.
Secara garis besar, kata Joko, meski cerita Gundala berkutat pada komik aslinya yang dirilis sejak 1962, Joko tetap memasukan unsur kekinian.
"Adaptasi komik ke layar ekstra care. Kami mencoba membuat sesuatu yang bisa dinikmati penonton sekarang. Harus ada sensabilitas. Tapi, kami tetap ambil esensi dan spiritnya," kata Joko.
Film Gundala banyak melibatkan kru. Joko menyebut ada 1.000 lebih kru yang terlibat dalam film yang diperankan oleh artis peran Abimana Aryasatya tersebut.
"Kami shooting di 70 titik lokasi. Ada di Jakarta, Purwakarta, dan cilegon," kata Joko.
Gundala Putra Petir merupakan jagoan asli Indonesia karya mendiang komikus Harya Suryaminata atau Hasmi yang lahir pada 1962.
Gundala identik mengenakan kostum ungu dengan topeng yang memiliki ornamen sayap pada bagian telinga kiri dan kanannya.
Film Gundala rencananya akan tayang di jaringan bioskop Indonesia pada 29 Agustus 2019 mendatang.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/06/15/181848210/joko-anwar-film-gundala-minim-kekerasan