JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai wadah yang turut memajukan perkembangan musik elektronik di Tanah Air, Iceperience.ID menyelenggarakan program Electronic Music Producer Contest (EMPC) yang didedikasikan bagi para produser musik digital di Indonesia.
Kompetisi ini membuka peluang para produser musik, baik yang amatir maupun profesional, untuk melebarkan sayap mereka ke panggung musik dunia.
Pemenang EMPC akan mendapatkan kesempatan berkolaborasi dengan Sean Miyashiro, founder 88 Rising, sebuah perusahaan mass media yang bermarkas di New York, Amerika Serikat.
Hal ini selaras dengan komitmen Iceperience.ID yang ingin membentuk ekosistem musik elektronik Tanah Air lebih berkualitas sehingga talenta lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan diperhitungkan di level Internasional.
Dalam siaran pers Jumat (14/6/2019), perwakilan Iceperience.ID Diopsaputra menuturkan bahwa pemilihan Sean Miyashiro sebagai kolaborator dari 88 Rising tak lepas dari rekam jejak 88 Rising yang sekarang ini sedang naik daun sebagai label dunia yang menelurkan penyanyi bertaraf internasional seperti Rich Brian, NIKI, Joji, dan Higher Brothers.
"Sehingga diharapkan bisa menjadi motivasi untuk produser musik Indonesia supaya bisa berkiprah di panggung Internasional," ucap Diopsaputra.
Di satu sisi, kolaborasi dengan Sean Miyashiro dari 88 Rising dipastikan akan meningkatkan popularitas, kualitas dan kapasitas bermusik pemenang EMPC.
Sejak pendaftaran dibuka pada 15 Mei lalu, tak kurang 200 peserta mendaftarkan diri dan mengirimkan hasil karya mereka melalui website Iceperience.ID.
"Sejak pendaftaran dibuka, animo para peracik musik digital ini terlihat sangat tinggi. Untuk itu, kami akan menampung sebanyak-banyaknya peserta dengan harapan EMPC semakin kompetitif dan berkualitas dalam melahirkan sang juara," tutur panitia pelaksana EMPC, DJ Miko dan DJ Osvaldo Nugroho.
Pendaftaran masih terbuka hingga 30 Juni 2019. Seluruh karya yang masuk akan diseleksi oleh para dewan juri yang terdiri dari DJ Winky Wiryawan, Riri Mestica, DJ Sumantri, Eka Gustiwana, DJ Haji, Fajar Juliawan, Lawrence Philip (SAE Institute Jakarta), serta Sean Miyashiro.
Setelahnya, juri akan mengumumkan 10 finalis dan menjalani karantina selama tiga hari hingga tersaring tiga terbaik.
DJ Sumantri yang menjadi juri dalam EMPC memberi sedikit 'contekan' bagi para peserta agar karya mereka bisa lolos seleksi dewan juri. Pertama, dari sisi musikalitas. Dia menuturkan, kreativitas menjadi faktor penting bagi para juri dalam menentukan siapa yang akan lolos seleksi.
"Peserta yang pasti mencuri perhatian juri adalah dia yang memiliki inovasi besar dari sisi musiknya, terutama yang bisa memadukan musik lintas genre dan bisa mengeksplorasi musik nya lebih dalam lagi. Itu yang paling penting buat saya," kata DJ Sumantri.
Hal kedua, lanjut DJ Sumantri, ialah attitude dalam bermusik. Ia berharap para peserta memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan juga kepercayaan diri yang tinggi.
"Kenapa, karena dua hal itu sangat berpengaruh di industri musik saat ini. Kepercayaan diri penting karena kalau tidak percaya diri, bagaimana karyanya mau dinikmati orang lain? Lalu keberanian untuk mengambil keputusan sehingga musik yang dihasilkan bukan ikut-ikutan dari karya orang lain," Dj Sumantri menegaskan.
Lebih lanjut, dia berharap para produser musik digital bisa memanfaatkan EMPC sebagai ajang memperluas kemampuan bermusik dan jaringan mereka.
"Karena saya melihat EMPC ini sebuah kesempatan besar bagi produser-produser Indoensia untuk menunjukkankarya mereka dengan skala yang lebih luas. Ini kesempatan besar untuk bersaing tanpa batas," kata DJ Sumantri.
Hal senada juga diutarakan oleh Andi Sadha, perwakilan 88 Rising di Indonesia. Ia yakin, EMPC akan menghasilkan talenta luar biasa yang mampu go international di masa mendatang.
"Faktanya, kultur dan talent–talent Asia bisa diterima masyarakat dunia. Dan Indonesia memiliki potensi serta talenta sehingga kami berharap melalui EMPC bisa menemukan sosok yang akan mendunia," tutur dia.
EMPC merupakan salah satu program dalam rangkaian International Clubbing Experience(ICE) 2019 yang diselenggarakan oleh Iceperience.ID.
Selain kompetisi bagi para peracik musik digital tersebut, ada pula DJ Battle yang digelar di dua kota yakni Jakarta dan Bandung. Ajang tahunan ini bertujuan untuk mencari sosok DJ yang andal memainkan musik dan piawai di berbagai genre.
Program ICE 2019 lainnya yang tidak kalah menarik adalah pergelaran workshop bagi para pelaku dan penikmat musik elekronik yang juga diselenggarakan di Jakarta dan Bandung.
Workshop ini bertujuan memberikan wawasan serta pelatihan mengenai nilai-nilai fundamental dan keahlian yang diperlukan untuk menjadi seorang DJ, Produser, Media Digital, dan lainnya.
Tak hanya menyasar pelaku musik elektronik, ICE 2019 juga menyiapkan program bagi penikmat musik elektronik dengan menggelar beberapa party event di sepanjang tahun 2019 dengan konsep yang akan membuat para partygoers mendapatkan pengalaman yang berbeda dari sisi bonding, indentity, dan engagement dalam setiap party-nya.
Salah satunya adalah Golden Time’ yang akan diadakan di Bandung pada bulan Juli 2019 mendatang. Sesuai namanya, music party ini mempunyai konsep yang unik yaitu "Sunset to Sunrise", di mana partygoers dapat merasakan pesta dari matahari terbenam sampai matahari terbit.
Lalu, ada pula 'kinetICE' yang akan diadakan di Jakarta pada Oktober 2019 mendatang. Sesuai namanya, pesta musik ini mempunyai konsep yang unik dengan mengkolaborasikan teknologi, orchestra, choir, DJ dan lainnya sehingga partygoers diberikan pengalaman yang tidak pernah didapatkan di manapun.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/06/16/082334810/berebut-kesempatan-kolaborasi-bareng-musisi-88-rising