Beban itu lantaran Perburuan diadaptasi dari karya sastra berjudul sama karya penulis Pramoedya Ananta Toer.
"Ini omongin sastra. Apalagi dari buku Pram, itu cukup punya beban banget kalau penyampaiannya sampai salah," ujar Adipati saat perilisan poster film RBOJ Coffe, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (26/6/2019).
Karena itu, kata Adipati, ia bersama sutradara Richard Oh harus berdiskusi panjang untuk mematangkan dialog yang diambil dari karya sastra. Jangan sampai, kata Adipati, penafsirannya berbeda.
"Kami pikirin mau jadi apa. Bahasa dari dialog seperti apa. Bahasanya kan itu sastra dan panjang banget," ujar Adipati," kata dia.
"Terus konten dan karakter yang mau disampaikan seperti apa, beratnya di situ," sambung Adipati.
Sementara itu, Richard mengatakan bahwa ia juga merasakan beban menggarap film tersebut.
"Tentu saja beban dan menjadi tanggung jawab. Saya harus menangkap jiwa Pram dalam perjuangan dia dan hidup dia," kata Richard.
Film Perburuan mengisahkan tentang Hardo (Adipati Dolken). Hardo adalah tentara PETA yang menjadi buruan tentara Jepang.
Cerita tersebut diambil berdasarkan novel legendaris karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Perburuan. Novel yang diterbitkan pada 1950 itu sudah dicetak 8 kali dan dialihkan ke dalam 12 bahasa di dunia.
Selain Adipati sejumlah pemain yang terlibat adalah Ayushita sebagai Ningsih, Ernest Samudra sebagai Dipo, Khiva Ishak sebagai Karmin, dan Michael Kho sebagai Shidokan.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/06/26/172132910/adipati-dolken-sempat-merasa-terbebani-terima-film-perburuan