JBS adalah sebuah festival world music yang bertujuan untuk memberdayakan potensi Musik Tradisional Betawi dan jenis-jenis musik lain yang hidup dan berkembang di Ibukota Jakarta untuk bisa mendapatkan akses ke pasar global world music yang memiliki pangsa sebesar 6,5 milyar dolar.
Sebagai ibukota negara yang menjadi arena pertemuan budaya musik dari pelbagai daerah, Jakarta merupakan pusat kreativitas genre world music baik yang bertumpu pada musik tradisional maupun moderen.
Salah satu contohnya adalah lahirnya musik dangdut dan keroncong di tanah Betawi ini. Dangdut yang awalnya muncul di wilayah Planet Senen merupakan pertemuan antara budaya musik Melayu, Musik Film Hindi dan kemudian Musik Barat pada tahun 1960an.
Sedangkan Keroncong yang awalnya lahir di Tanjung Priok merupakan pertemuan dari Musik Fado Portugis, Musik Klasik Eropa dan pelbagai musik daerah di wilayah perkampungan masing-masing pada abad ke 17.
Untuk bisa mendorong dan menyalurkan kreativitas para pemusik ibukota yang bergelut di bidang world music ini di perlukan sebuah wadah festival internasional yang dapat menjadi jaringan pasar di dalam negeri. Di samping itu, para pemusik ini juga memerlukan bantuan dari para pemusik internasional berkelas dunia seperti dari Afrika, Eropa dan Amerika untuk mengkemas produk kreatif mereka agar dapat menarik minat pasar world music global yang saat ini di kuasai oleh para pemusik dari ke tiga benua tadi.
Dalam konteks inilah JBS di rancang oleh Bidang Seni-Budaya Disparbud DKI dengan menekankan program showcase dari grup-grup world music lokal di Jakarta maupun program workshop dengan mengundang para pemusik internasional untuk tampil dan sekaligus menjadi pembicara untuk membagi pengalaman profesional mereka di arena pasar dunia.
Acara yang di selenggarakan pada tanggal 28-30 Juni, 2019 ini akan bertempat di Lapangan Banteng, satu-satunya venue outdoor yang paling representatif di negeri ini untuk pergelaran festival internasional.
Adapun grup-grup yang tampil pada JBS di pilih mewakili keragaman budaya musik di Jakarta seperti: (1) Musik asli Betawi seperti Gambang Kromong & Kroncong Tugu, (2) Musik moderen yang berangkat dari budaya musik tradisional Indonesia seperti INO Ensemble dari Jakarta dan Hip Hop Kupang dari Nusa Tenggara Timur, (3) Musik etnik dunia yang berkembang di lingkungan urban Jakarta seperti Musik Reggae (Gangstarasta) dan Musik Sufi Moderen seperti DEBU, (4) Musik indie kreatif yang popular di kalangan anak muda urban seperti NonaRia dan Later Just Fine, dan (5) Grup world music Afrika, Amerika dan Eropa yang terkenal di dunia seperti Supa Kalulu, DJ Kamau dan Helga Violin Solo Band.
Untuk memikat perhatian dunia internasional JBS secara khusus mendatangkan seorang tokoh world music Amerika yang memenangkan Grammy Award yaitu Chris Berry. Keistimewaan Chris Berry adalah ia berhasil going native dan menggali kekayaan musik-musik Afrika untuk keperluan ekspresi pribadinya dalam bentuk world music. Fenomena Chris Berry membuktikan bahwa musik dengan leluasa dapat melakukan perjalanan lintas budaya tanpa ada batasan seperti halnya musik dangdut dan kroncong kita. Dari Chris Berry dan tokoh-tokoh musik lain yang sudah memiliki reputasi internasional kita berharap grup-grup world music Nusantara yang tampil pada JBS akan banyak belajar, baik melalui program pertunjukkan maupun workshop yang di rancang Jakarta Beat Society pada tanggal 28-30 Juli, 2019.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/06/28/185811610/jakarta-helat-festival-musik-internasional