Acara yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, ini dihadiri oleh 46 penyair dari Jawa Tengah, 32 penyair nasional, 6 penyair dari Malaysia, 7 penyair dari Singapura, 6 penyair dari Thailand dan 4 penyair dari Brunei Darussalam.
“Pertemuan Penyair Nusantara tidak hanya menjadi peristiwa sastra atau peristiwa budaya rutin tahunan, tapi juga bertujuan untuk menjalin komunikasi antar penyair nusantara, membahas perkembangan sastra dan kebudayaan nusantara, membuat antologi puisi bersama serta membaca sajak di atas panggung yang sama. Mengusung tema ‘Puisi untuk Persaudaraan dan Kemanusiaan’, kami sebagai penyair Kudus sangat bangga Kudus dipercaya menjadi penyelenggara PPN XI tahun ini. Kami harap, acara yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini dapat memberikan dampak positif bagi para penyair Kudus serta menghidupkan kembali perkembangan sastra di kalangan masyarakat Kudus,” ujar Mukti Sutarman Espe selaku ketua panitia.
Peserta PPN XI adalah para penyair yang karya puisinya lolos kurasi dan memenuhi persyaratan yang ditentukan panitia penyelenggara. Para kurator berjumlah 10 orang, yakni Ahmadun Yosi Herfanda, Kurnia Effendi, dan Chavchay Syaifullah (kurator nasional), Mukti Sutarman Espe, Sosiawan Leak dan Jumari Hs (kurator Jateng), Mohamad Saleeh Rahamad (kurator Malaysia), Djamal Tukimin (kurator Singapura), Mahroso Doloh (kurator Thailand), dan Zefri Ariff (kurator Brunei Darussalam). Selain para penyair peserta, hadir juga para peninjau dari negara Malaysia dan sejumlah tokoh sastra Indonesia.
“Bakti Budaya Djarum Foundation turut mendukung perkembangan sastra di indonesia melalui beberapa kegiatan, antara lain bekerja sama dengan Yayasan Lontar dalam meluncurkan seri buku Modern Library of Indonesia, dan juga mendukung ajang tahunan penghargaan kesusastraan Indonesia seperti Kusala Sastra Khatulistiwa Award dan Penghargaan Sastra Litera. Kami juga berupaya mengangkat karya sastra Indonesia ke panggung seni pertunjukan, beberapa yang pernah ditampilkan seperti Bunga Penutup Abad, Perempuan-Perempuan Chairil, dan yang terbaru dan akan segera digelar adalah I La Galigo, sebuah pertunjukan yang diangkat dari sastra klasik bugis. Pada tahun 2008, Kudus pernah sukses menggelar Kongres Sastra Indonesia, dan pada tahun ini, kami sangat bangga dapat mendukung kegiatan PPN, sebuah event sastra internasional dimana Kudus mendapat kehormatan menjadi tuan rumah. Kami berharap dengan diselenggarakannya PPN tahun ini, dapat memotivasi para penyair muda di Kudus dan sekitarnya untuk terus berkarya dan mencintai sastra Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Acara pembukaan PPN XI berlangsung di Hotel Gripta Kudus, dimeriahkan oleh kesenian khas Kudus dari kelompok Terbang Papat Menara, musikalisasi puisi kelompok musik Sang Swara, dan pembacaan puisi oleh penyair perwakilan negara-negara peserta.
Pada hari kedua (29/6), panitia menggelar seminar sastra dan kebudayaan dengan menampilkan 6 pembicara, yakni Maman S. Mahayana (Indonesia), Dr. Moh. Saleeh Rahamad (Malaysia), Prof. Zefri Arif (Brunei Darussalam), Dr. Rakib Bin Nik Hasan (Thailand), Djamal Tukiman, MA (Singapura), dan Dr. Tirto Suwondo, M.Hum. (Balai Bahasa Jawa Tengah, Indonesia). Seminar yang dimoderatori oleh Sihar Ramses Simatupang ini, diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang perkembangan sastra dan budaya nusantara dan membahas isu-isu terkini tentang sastra dan kebudayaan.
Acara dilanjutkan dengan bedah buku antologi berjudul Sesapa Mesra Selinting Cinta yang berisi karya-karya penyair yang lolos kurasi. Pembicara dalam bedah buku adalah Prof. Suminto A. Sayuti yang akan membawakan makalah berjudul Seracik Bumbu Soto Kerbau dalam Sesapa Mesra Selinting Cinta, dimoderatori oleh Dr. Mohammad Kanzanuddin, M.Pd. PPN XI hari kedua ditutup dengan workshop pembacaan puisi yang disampaikan oleh Sosiawan Leak dengan moderator Jimat Kalimasadha. Peserta workshop ini adalah guru Bahasa Indonesia perwakilan dari SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK se-Kabupaten Kudus.
Di hari yang sama, berlangsung kegiatan utama yaitu Panggung Penyair Asean. Para penyair akan unjuk kebolehan di atas Panggung Penyair Asean yang digelar di pelataran timur Menara Kudus. Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, bersama Kyai Mustofa Bisri (Gus Mus), D. Zawawi Imron, Thomas Budi Santoso, dan Sosiawan Leak ikut meriahkan panggung tersebut.
Selain itu, sejumlah penyair dari Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, dan penyair dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain Emy Suy, Fikar W. Eda, Taufiq Ikram, Didid Endro, Rini Intama, Warih Wisatsana, Imam Maarif juga terlibat di panggung yang sama.
Pada hari terakhir, peserta akan melakukan wisata budaya ke Menara Kudus untuk berziarah ke makam Sunan Kudus dan melihat dari dekat Menara Kudus yang merupakan situs sejarah, simbol akulturasi budaya Hindu dan Islam, simbol toleransi umat beragama, simbol semangat persaudaraan yang dibawa oleh Sunan Kudus, Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan.
Wisata budaya dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Jenang atau yang juga dikenal dengan sebutan Gusjigang X-Building. Di museum tersebut, pengunjung dapat menyaksikan proses pembuatan jenang Kudus, miniatur Kudus, dan sejarah Kudus. Secara umum, museum ini memperlihatkan Kudus dan sejarahnya, serta aktivitas perekonomian Kudus pada masa lampau hingga sekarang. Penutupan PPN XI 2019 dilaksanakan di Museum Kretek Kudus sebagai tempat terakhir rangkaian wisata budaya.
***
Sekilas tentang BAKTI BUDAYA DJARUM FOUNDATION
Sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, PT Djarum memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan yang turut berperan serta dalam memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam Indonesia.
Berangkat dari komitmen tersebut, PT Djarum telah melakukan berbagai program dan pemberdayaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di masyarakat dan lingkungan selama kurun waktu 60 tahun. Pelaksanaan CSR ini dilaksanakan oleh Djarum Foundation yang didirikan sejak 30 April 1986, dengan misi untuk memajukan Indonesia menjadi negara digdaya yang seutuhnya melalui 5 bakti, antara lain Bakti Sosial, Bakti Olahraga, Bakti Lingkungan, Bakti Pendidikan, dan Bakti Budaya. Semua program dari Djarum Foundation adalah bentuk konsistensi Bakti Pada Negeri, demi terwujudnya kualitas hidup Indonesia di masa depan yang lebih baik dan bermartabat.
Dalam hal Bakti Budaya Djarum Foundation, sejak tahun 1992 konsisten menjaga kelestarian dan kekayaan budaya dengan melakukan pemberdayaan, dan mendukung insan budaya di lebih dari 3.500 kegiatan budaya. Beberapa tahun terakhir ini, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan inovasi melalui media digital, memberikan informasi mengenai kekayaan dan keragaman budaya Indonesia melalui sebuah situs interaktif yang dapat diakses oleh masyarakat luas melalui www.indonesiakaya.com. Kemudian membangun dan meluncurkan "Galeri Indonesia Kaya" di Grand Indonesia, Jakarta pada 10 Oktober 2013. Ini adalah ruang publik pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memadukan konsep edukasi dan multimedia digital untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia agar seluruh masyarakat bisa lebih mudah memperoleh akses mendapatkan informasi dan referensi mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan dan tanpa dipungut biaya.
Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang mempersembahkan “Taman Indonesia Kaya” di Semarang sebagai ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan yang diresmikan pada 10 Oktober 2018, bertepatan dengan ulang tahun Galeri Indonesia Kaya ke-5. Taman Indonesia Kaya merupakan taman dengan panggung seni pertunjukan terbuka pertama di Jawa Tengah yang memberikan warna baru bagi Kota Semarang dan dapat menjadi rumah bagi para seniman Jawa Tengah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan pertunjukan seni budaya secara gratis.
Bakti Budaya Djarum Foundation juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan rutin memberikan pelatihan membatik kepada para ibu dan remaja sejak 2011. Hal ini dilatarbelakangi kelangkaan dan penurunan produksi Batik Kudus akibat banyaknya para pembatik yang beralih profesi. Untuk itu, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan keterampilan dan keahlian membatik kepada masyarakat Kudus agar tetap hadir sebagai warisan bangsa Indonesia dan mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa menghilangkan ciri khasnya. Lebih lanjut informasi mengenai Bakti Budaya Djarum Foundation dapat mengakses www.djarumfoundation.org, www.indonesiakaya.com.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/06/30/110539510/ppn-xi-kudus-dihadiri-penyair-berbagai-negara