Jeonghan adalah pemandu wisata pertama grup dan ia memutuskan untuk membawa anggotanya ke Jalan Malioboro, pusat perbelanjaan di Kota Gudeg itu. Perhentian pertama mereka adalah warung kopi joss atau dikenal sebagai kopi arang.
Kopi joss merupakan kopi yang diseduh dengan air panas dan dimasukkan bongkahan arang panas ke dalamnya.
Namun ternyata itu tak seperti yang diharapkan para member. Alih-alih memiliki rasa yang terbakar, kopinya ternyata sangat manis.
Jeonghan kemudian menyadari bahwa banyak gula yang dimasukkan. Meski begitu, mereka tetap menikmati kopi itu dengan tenang setelah dijelaskan manfaat kesehatannya.
Setelah tur Jeonghan, ketiganya kemudian menuju Gumuk Pasir, satu-satunya gundukan pasir di Asia Tenggara. Mereka memulai tur Jeep yang membentang sampai ke pantai Parangtritis sehingga mereka bisa mencoba sandboarding.
Setiap member membayar sekitar 28.700 won atau Rp 350.000 untuk tur dan sekitar 8.200 won Rp 100.000 untuk sandboarding.
Ketika mereka menyaksikan klip dari lokasi shooting, Jeonghan dengan cepat menjelaskan bahwa itu sangat berbeda dari seluncur salju.
Setelah sesi sandboarding singkat mereka, Jeonghan dkk memulai tur Jeep mereka. Terlepas dari perjalanan yang bergelombang, mereka tidak bisa berhenti tertawa dan dengan riang memuji sopir mereka sebagai yang terbaik.
Begitu mereka sampai ke laut, S.Coups, Jeonghan, dan Wonwoo mulai membuat taruhan bahwa yang kalah yang harus melompat ke air.
Bagian terakhir dari tur yang dipimpin S.Coup itu adalah menunggang kuda di pantai Parangtritis. Semua orang di set kagum dengan harga murah dari kegiatan ini karena hanya 4.100 won Rp 50.000 selama setengah jam.
Setelah tur, ketiganya kembali ke asrama mereka sambil minum bir dan makan ayam. Jeonghan dan S.Coups sama-sama sangat yakin bahwa wisata mereka lebih baik dari yang lain.
“Tur S.Coups kurang makan. Itu benar-benar minus," kata Jeonghan.
"Itu perjalanan backpacking yang sesungguhnya. Tur Jeonghan hanya makan," timpal S.Coups.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/06/30/163131810/jelajahi-yogyakarta-seventeen-berbagi-keseruan-cicipi-kopi-arang