Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan "Sad Boy" dan "Sad Girl" Menggemari Didi Kempot...

KOMPAS.com – “Ini ada ‘bara api’ kenapa kita enggak jaga? Kan pesan dan kesannya Didi Kempot ‘Wong Jowo ojo lali Jawane’ dan ‘ora popo koe seneng budaya luar tapi ojo benci budaya dewe’”.

Pernyataan itu disampaikan Jarkiyo, dari Rumah Blogger Indonesia (RBI), yang menggagas wadah bagi penggemar penyanyi Didi Kempot.

Nama Didi Kempot kian berkibar, dengan jumlah "sad boy" dan "sad girl" yang semakin bertambah. Dua sebutan ini adalah istilah bagi penggemar penyanyi berambut gondrong itu.

Sementara, Didi Kempot mereka panggil dengan “Lord Didi”.

Saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Minggu (14/7/2017) malam, Jarkiyo mengatakan, mengidolakan Didi Kempot menunjukkan bahwa bintang juga bisa ada di daerah. Tak hanya kota besar seperti Ibu Kota.

“Kita terlalu Jakarta Centris. Saya mengibaratkan begini, kerlap-kerlip itu apa ya (menunjuk lampu di atas), padahal kita di sini ada HP (menunjuk tangannya). Kita cari di sini kan bisa dan lebih luas, enggak harus lihat ke lampu terus,” kata Jarkiyo.

Menurut dia, para seniman berkualitas dan punya daya saing juga bisa ditemui di daerah. Didi Kempot adalah buktinya.

“Ini ada ‘bara api’ kenapa kita enggak jaga? Kan pesan dan kesannya Didi Kempot ‘wong Jowo ojo lali Jawane’ dan ‘ora popo koe seneng budaya luar tapi ojo benci budaya dewe’,” ujar Jarkiyo.

RBI dan pemuda-pemudi di Solo yang menggemari karya-karya Didi Kempot kemudian menyatakan dirinya sebagai Sad Boys dan Sad Girls Club.

Pemilihan nama komunitas ini tak terlepas dari lirik-lirik lagu Didi Kempot yang bernuansa patah hati.

Jarkiyo dan teman-temannya kemudian menyebarluaskannya melalui media sosial.

“Ketika kita anak-anak daerah, apalagi kita juga sering aktif di media sosial, kenapa hal baik tidak dilakukan? Dan kami tidak meminta apa-apa, memang murni karena suka,” ujar dia.

Melalui cara inilah, generasi masa kini masih banyak yang mengenal dan menggandrungi karya Didi Kempot.

“Saya orang kampung, sudah dicekoki orangtua. Ketika kecil dengarnya lagu-lagu Didi Kempot, secara alamiah kita terstigma, suka enggak suka, harus mendengarkan, dan akhirnya di luar nalar, suka, seperti itu,” cerita Jarkiyo.

Keabadian karya Didi Kempot yang bisa melintas generasi, menjadikannya tetap eksis hingga kini. Lord Didi!

https://entertainment.kompas.com/read/2019/07/15/191107310/alasan-sad-boy-dan-sad-girl-menggemari-didi-kempot

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke