Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lanjut Mengenang Komponis Wayan Beratha di Bentara Budaya Bali

Pada Minggu ini (21/7/2019) mulai pukul 19.00 WITA, Bentara Budaya Bali akan mengadakan pementasan Komponis Kini 2019 #3: A Tribute to Wayan Beratha.

Kalau sebulan lalu yang tampil adalah I Putu Adi Septa Suweca Putra dan Priya Kumara Janardhana, kali ini akan hadir I Gede Yogi Sukawiadnyana dari Jembrana dan Ni Nyoman Srayamurtikanti dari Gianyar.

Kedua komposer tersebut sama-sama telah menekuni gamelan sejak remaja, menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, dan  mengikuti program ASEAN Mobility for Student (AIMS) ke University of Malaya (Malaysia).

Namun, kesamaan pengalaman itu tidak menghasilkan karya yang serupa.

Masing-masing justru mengedepankan ragam komposisi yang otentik, berciri pribadi, sekaligus bercita rasa kontemporer sebagai paduan atau komposisi bunyi yang bersifat universal.

Sebagaimana dua komposer dalam pertunjukan terdahulu, I Gede Yogi Sukawiadnyana dan Ni Nyoman Srayamurtikanti akan menyajikan komposisi terkini mereka.

Masing-masing akan berangkat dari respons kreatif atas karya-karya klasik maestro Beratha, yang bernama lengkap I Wayan Beratha.

Pementasan tersebut akan diperkaya dengan pemutaran video proses penciptaan I Gede Yogi Sukawiadnyana dan Ni Nyoman Srayamurtikanti serta dialog dengan mereka sebagai bentuk pertanggungjawaban penciptaan.

A Tribute to Wayan Beratha merupakan penghargaan dan penghormatan mendalam bagi maestro gamelan I Wayan Beratha, yang karya-karyanya terbilang berumur panjang.

I Wayan Beratha
Beratha, yang lahir pada 14 Februari 1926 di Banjar Belaluan, Kota Denpasar, meninggal dunia pada 10 Mei 2014 di Kota Denpasar.

Ia tumbuh di tengah keluarga seni musik Bali.

Kakeknya, I Ketut Keneng (1841-1926), merupakan seniman karawitan dan pagambuhan yang ternama pada zamannya.

Ayahnya, I Made Regong, membinanya sejak kecil dalam memainkan gamelan Bali.

Di luar keluarganya, Beratha juga menimba ilmu dari sejumlah tokoh seni Bali. Dari Ida Bagus Boda dari Kaliungu, ia belajar karawitan dan tari palegongan. Dari I Nyoman Kaler, ia mendalami tari klasik dan gong kebyar. Dari I Made Grebeg, ia belajar tari jauk.

Pada 1957 di Banjar Belaluan, Wayan Beratha mendirikan Sekaa Gong Sad Merta.

Ia juga mengajar tari dan tabuh di sejumlah sekaa gong di Bali.

Ia melahirkan sejumlah karya monumental, antara lain koreografi-koreografi Tari Yudha Pati, Tari Kupu-Kupu, dan Tari Tani.

Beratha juga dikenal sebagai kreator Gending Semar Pegulingan di Abiankapas Kaja Denpasar dan pencipta Gamelan Semara Dana, yang menggabungkan Gamelan Semarpegulingan dengan Gamelan Gong Kebyar.

Ia mencipta kira-kira 20 karya tari, gending, dan sendratari, antara lain Sendratari Jayaprana, Tabuh Gesuri, Sendratari Ramayana, Sendratari Maya Denawa, Instrumentalia Palgunawarsa yang mendapat penghargaan tertinggi dalam festival gong kebyar seluruh Bali, dan Tari Panyembrana.

Beratha juga berperan menelurkan sekolah seni tradisi modern, antara lain Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), yang dulunya disebut Kokar (Konservatori Karawitan), Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI), dan ISI.

Atas pengabdian seninya, khususnya gamelan Bali, Beratha telah dianugerahi gelar kehormatan Empu Seni Karawitan pertama dari ISI Denpasar pada 2012.

Selain itu, ia juga menerima penghargaan-penghargaan lain, yaitu Anugerah Seni Nasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1972), Piagam Kerti Budaya (1979), Dharma Kusuma dari Gubernur Bali (1981), dan Penghargaan Ciwa Nataraja dari ISI Denpasar (1992).

Ni Nyoman Srayamurtikanti
Ia lahir di Gianyar pada 3 Oktober 1996. Pada 2018 ia menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Penciptaan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar.

Ia pernah terlibat sebagai pemusik dalam pertunjukan di Kunitachi Colleg of Music, Tokyo, Jepang (2017), dan ikut AIMS ke University of Malaya (Malaysia) selama satu semester (2016-2017).  

Ia juga pernah menjadi bagian dari delegasi Indonesia untuk ASEAN Youth Camp, Gong and Bamboo, di Sagada, Filipina (2015).

Ia membuat sejumlah komposisi musik, antara lain untuk Lomba Tari Kontemporer, yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian, Universitas Udayana (2017 dan 2018).

Ia mencipta pula Tabuh Kreasi Krepetan, yang ditampilkan dalam Parade Gong Kebyar Wanita pada Pesta Kesenian Bali (2018).

Ia juga membuat musik pengiring Tari Dharma Murti untuk  Parade Gong Kebyar Wanita pada Pesta Kesenian Bali 2016.

Selain mencipta komposisi, ia berpartisipasi sebagai pemusik dalam Parade Gong Kebyar Wanita pada Pesta Kesenian Bali 2012 hingga 2015.

Pada 2015 ia meraih Juara Favorit Lomba Makendang Bapang Barong yang diselenggarakan oleh IHDN.

Sanggar S'mara Murti
Sanggar ini didirikan pada 1996 di Banjar Celuk, Desa Celuk, Sukawati, Gianyar, di bawah naungan I Nyoman Suryadi.

Sanggar ini tampil antara lain dalam Lomba Festival Tari Nusantara di Jakarta, Festival Nusa Dua, Lomba Baleganjur se-Bali, dan menjadi tim pendamping Gong Kebyar Dewasa 1999 di Pesta Kesenian Bali.

Sanggar ini sempat vakum pada 2000, dibangkitkan kembali pada 2015 dengan koordinator Ni Nyoman Srayamurtikanti dan menggaet anggota-anggota remaja putri.

Pada 2016 dan 2018, sanggar ini dipercaya mewakili Kabupaten Gianyar sebagai Duta Gong Kebyar Wanita.

Pada 2017, I Nyoman Suryadi selaku ketua sanggar ini, atas permintaan pihak Polda Bali, mencipta musik dan lirik lagu pengiring Tari Senam Bali Gemilang.

Musik lagu tersebut memadukan gong kebyar dengan alat-alat musik modern keyboard, gitar, bas, dan drum.

Pada 2018 para pemusik dari sanggar ini berkesempatan berkolaborasi dengan komposer dari Argentina untuk menyajikan komposisi musik baru.

I Gede Yogi Sukawiadnyana  
Ia lahir pada 12 Januari 1997 di Ekasari, Melaya, Jembrana, Bali.

Sarjana S-1 dari Jurusan Seni Karawitan ISI Denpasar ini pada 2015 memenangi olimpiade seni bidang karawitan yang digelar oleh ISI Denpasar.

Pada 2017 ia berpartisipasi dalam Asean Mobility for Student (AIMS) di University of Malaya (Malaysia) dan berkesempatan untuk mendalami ilmu komposisi.  

Komposisi-komposisi yang telah diciptanya adalah "Poleng" (2014), "Play Boy" (2015), "Buluh" (2015), "Kiang Geliduh" (2015), "Giing Nggung" (2015), "Delem" (2015), "Se Lem Bang" (2015), "Tenung Kauh" (2016), "Kenceng" (2016), "Linear" (2016), "Penta" (2016), "Pluvia" (2017), "Bandhang" (2017), "Kala Gondang" (2017), "Kecot Mongkot" (2017), "EmM" (2018), "Sengker Agung" (2018), "Me-Tu" (2018), "1+1=1" (2018), "Gandara Raja" (2018), dan "Ngelinus (2019).

Sejumlah komposisinya juga memenangi penghargaan. Komposisi baleganjur berjudul "Bandhang", contohnya, menjadi nomor satu dalam Lomba Baleganjur se-Bali pada Pesta Kesenian Bali 2017.

"Poleng" (2014), "Delem" (2015), dan "Kenceng" (2016) berturut-turut meraih juara pada lomba baleganjur se-Kabupaten Jembrana.

"Kala Gondang", yang menjadi pemenang pertama dalam Lomba Baleganjur Jembrana Festival.

Ia aktif pula dalam komunitas Seni Sana Sini hingga 2018 dan menyusun komposisi "Buluh" dan "Kiang Geliduh" untuk koreografi pada 2015.

https://entertainment.kompas.com/read/2019/07/21/134246910/lanjut-mengenang-komponis-wayan-beratha-di-bentara-budaya-bali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke