Barbie Kumalasari Sebut Anak Fairuz Dibuli sebagai Risiko, Sonny Septian Membalas

Barbie sebelumnya menyebut bahwa perundungan yang terjadi terhadap anak Fairuz adalah risiko karena Fairuz menolak berdamai dengan suaminya, Galih Ginanjar.

"Anak saya di Bully... YA RISIKO LAH !! Itu jawab nya. Kenapa bisa berbicara seperti itu?" tulis Sonny di akun Instagram-nya, @sonnyseptian, seperti dikutip Kompas.com, Rabu (14//8/2019).

Meski terkesan tak terima, Sonny tak menuliskan kata-kata yang bernada amarah.

Ia justru mencoba mengeluarkan komentar yang bijak tentang tanggapan Barbie soal putranya yang dibuli di sekolah.

"Sepertinya itu cara kerja Allah yang telah membuat nya buka mulut," tulis Sonny.

"...dan mengakui sendiri kalo itu efek dari perbuatan tidak baik mereka kepada keluarga saya, dan menunjukkan ke semua orang siapa diri dia sebenarnya," sambungnya.

Sebelumnya, Sonny Septian mengungkap putranya menjadi korban bullying di sekolah.

Anaknya itu adalah buah pernikahan Fairuz dengan Galih sebelumnya.

Dalam percakapan tersebut seorang kakak kelas Faaz disebut menantang temannya untuk memanggil Faaz dengan sebutan "ikan asin".

Faaz disebut menangis dan tertekan atas kata-kata kakak tingkatnya tersebut.

Barbie Kumalasari kemudian memberikan tanggapannya terkait anak dari suaminya, Galih Ginanjar dengan Faiurz A Rafiq, yang menjadi korban bullying di sekolah.

"Ya, risiko lah, namanya anak-anak pasti kan seperti itu kan. Makin viral beritanya, pasti psikis anak juga kena," kata Barbie saat ditemui di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (13/8/2019).

"Makanya kan dari awal aku sempat bilang kasihan anak. Tapi kan mediasinya enggak direspons. Ya, sudah," sambungnya.

Barbie menilai, hal itu adalah dampak yang disebabkan dari besarnya pemberitaan tentang kasus ikan asin karena Fairuz menolak berdamai dengan Galih.

"Ya risiko, kalau berita viral kan seperti itu kalau memang enggak ada damai, mau enggak mau biar gimana ayahnya sendiri," tutur Barbie.

"Pasti kan kan ketika orang jadi ramai mem-bully atau sampai panjang sampai proses pengadilan sampai ditetapkan jadi terdakwa pastikan lebih parah lagi pasti psikis anak kena lah. Gitu aja sih," tambahnya.