Menurut Rayi, tawaran manggung itu datang mendadak.
"Lucunya, kami tuh baru dipanggil main di Istana tuh H-1, dadakan. Manajer kami ditelepon ditanya ketersediaan kami besoknya main," kata Rayi saat ditemui di Twin House, Ampera, Jakarta Selatan, Rabu (21/8/2019).
Padahal dalam jadwal, RAN saat itu harus manggung di kawasan Kasablanka, Jakarta Selatan, pada sore harinya.
"Sebenarnya enggak kosong, hari H manggung juga. Sorenya, jadi bukan yang kayak santai. Jadi waktunya itu dari turun panggung langsung dikawal, " ujar Nino.
"Jam lima (sore) di Kasablanka terus jam tujuh (pagi) kami di Istana gitu," timpal Rayi.
Manggung di dalam istana, berarti RAN harus mematuhi protokoler yang ketat. Mulai dari tidak diizinkan membawa ponsel hingga dilarang menggunakan celana jeans.
"Dan protokelernya lebih ketat sih. Kami tuh satu tim 16 orang yang boleh megang HP itu cuman dua orang. Cuman manajer kami aja, sedangkan kami dan lainnya HP-nya ditinggal di mobil. Enggak boleh pakai jeans," kata Rayi.
"Tapi untungnya boleh pakai sneakers," ujar Nino menambahkan.
Meski harus mematuhi peraturan, manggung di dalam istana kepresidenan membuat RAN mendapatkan pengalaman baru.
"Ternyata enggak semenakutkan, sekaku itu sih. Walaupun pas kami nyampe terasa kaku sih. Terasa formalnya," ujar Rayi lagi.
Sebelumnya, RAN mendapatkan kesempatan untuk manggung di Istana Negara. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo bahkan menjadi MC "dadakan" yang memanggil RAN ke atas panggung.
Grup musik pelantun "Dekat di Hati" itu berhasil menghibur pasukan pengibar bendera yang telah bertugas dalam upacara penurunan bendera.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/08/21/190650210/cerita-ran-manggung-dadakan-di-istana-negara-hingga-dipanggil-langsung